Bisnis.com, JAKARTA- Center for International Forestry Research (CIFOR) mendorong dibukanya investasi untuk industri produk hasil olahan kayu, seperti furnitur, di luar Jawa guna membantu meningkatkan ekspor meubel Indonesia serta sembari menjaga kelestarian hutan.
Peneliti CIFOR Herry Purnomo menyebutkan saat ini industri pengolahan hasil hutan, di luar kertas, belum banyak berkembang di luar Pulau Jawa. Padahal, industri ini bisa membantu peningkatan ekonomi masyarakat melalui kerja sama antara industri dengan masyarakat pengelola perhutanan sosial.
“Saya ingin juga untuk di luar Jawa perusahaan besar bisa berinvestasi untuk social forestry. Industrinya kan tidak banyak tumbuh kalau di luar Jawa. Makanya, perlu bisnis model yang jelas dan untuk menjalankan bisnis model itu perlu investasi dari perusahaan maupun green investor,” katanya kepada Bisnis belum lama ini.
Salah satu industri yang bisa dikembangkan di luar Jawa adalah industri furnitur dengan sasaran pasar ekspor. Hal ini juga sejalan dengan keinginan Presiden Indonesia agar nilai ekspor meubel dan kerajinan Indonesia baik yang berbahan kayu dan rotan bisa mencapai US$5 milar. Menurut Herry, ekspor furnitur Indonesia saat ini memang cukup besar. Bisnis mencatat, ekspor meubel Indonesia sepanjang 2018 ditargetkan mencapai US$2 miliar atau sekitar Rp29 triliun (kurs Rp14.500/US$).
Kendati demikian, pertumbuhan bisnis furniture ini dinilai tertinggal jauh dari Vietnam. Indonesia dan Vietnam, katanya, sekitar 10-15 tahun lalu, membukukan nilai ekspor yang sama yakni di kisaran angka US$1,5 miliar. Namun, dalam perkembangannya, angka US$2 miliar masih menjadi target yang harus dicapai Indonesia pada tahun ini sementara Vietnam telah membukukan nilai ekspor yang mencapai US$8 miliar.
Salah satu faktor yang membuat Indonesia ketinggalan, menurut Herry adalah kurang terbukanya negara ini kepada para investor untuk sektor ini. “Vietnam itu gampang saja ambil investor, seperti [dari] China. Perusahan China banyak beroperasi di Vietnam memakai lokal resources dan mereka menangkan kompetisi global,” katanya.
Kendati demikian, dia tidak memungkiri memang ada tantangan yang harus dihadapi ketika pemerintah mengizinkan investor besar masuk ke sektor ini. Salah satunya adalah perlindungan usaha kecil menengah di sektor yang sama. Hal lain yang membuat industri meubel dalam negeri ketinggalan adalah penggunaan teknologi yang belum mumpuni.