Bisnis.com, JAKARTA – Profil konsumen properti dalam beberapa tahun terakhir mengalami pergeseran komposisi, dengan kian dominannya pembeli yang menempati huniannya (end user).
Presiden Direktur PT Summarecon Agung Tbk, Adrianto P. Adhi mengatakan terjadi pergeseran komposisi pembeli akibat kondisi ekonomi dan situasi properti, sehingga lebih banyak pembeli end user dibandingkan dengan investor atau pembeli properti untuk investasi.
“Pembeli investor masih tetap ada walaupun jumlahnya berkurang. Kondisinya begini, pada 2016 investor jumlahnya bisa mencapai 30%, sekarang investor tinggal hanya 5% sampai 10%,” ujar Adri kepada Bisnis, belum lama ini.
Pembeli end user yang merupakan penghuni, katanya, membawa pengaruh yang baik, yaitu ketika suatu pengembangan kawasan didominasi oleh end user, maka kawasan tersebut akan segera dihuni sehingga cepat hidup.
Walaupun demikian, dia juga merasakan kini daya beli end user mulai banyak terkoreksi, cenderung kurang kuat dibandingkan dengan kondisi beberapa tahun terakhir.
“Dulu end user mampu membeli sampai Rp1 miliar hingga Rp2 miliar, sekarang banyak end user yang menangkap rumah-rumah di bawah Rp1 miliar,” kata Adri.
Baca Juga
Kondisi itu membuat Summarecon untuk pertama kalinya meluncurkan hunian dengan harga mulai dari Rp340 juta per unit di timur Bekasi, yaitu Srimaya Residence.
Penjualan tahap pertama Srimaya Residence yang direncanakan hanya menjual 112 unit rumah, mengalami kelebihan permintaan dengan terpesan 468 unit.
Sementara itu, Founder Triniti Land Bong Chandra mengatakan pergeseran komposisi pembeli tersebut juga mengakibatkan berubahnya gaya pemasaran pengembang saat ini.
Menurut Chandra, sudah tidak relevan lagi ketika pengembang mengeluarkan iklan dengan gimmick perubahan harga cepat pada produknya yang merupakan kebutuhan investor untuk mendapatkan return yang baik pada properti yang diinvestasikannya.