Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hadapi Perang Dagang Indonesia Siapkan Insentif Tambahan

Tentunya dunia usaha paling sensitif terhadap ketidakpastian. Kita harus menyiapkan insentif tambahan untuk menanggapi dan menanggulangi sentimen investor.
Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong saat berkunjung ke kantor Bisnis Indonesia, di Jakarta, Senin (7/8)./JIBI-Endang Muchtar
Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong saat berkunjung ke kantor Bisnis Indonesia, di Jakarta, Senin (7/8)./JIBI-Endang Muchtar

Bisnis.com, BOGOR—Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong mengakui bahwa perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dan China lebih berdampak kepada kepercayaan investor.

Meski menyatakan perang dagang tidak secara langsung berdampak terhadap perekonomian Indonesia, Thomas menyebutkan perang dagang tersebut bisa menimbulkan ketidakpastian di dunia usaha.

“Tentunya dunia usaha paling sensitif terhadap ketidakpastian. Kita harus menyiapkan insentif tambahan untuk menanggapi dan menanggulangi sentimen investor,” katanya di Istana Bogor, Senin (9/7/2018).

Sebagai informasi, Amerika Serikat berusaha keras untuk menekan angka defisit neraca perdagangannya terhadap sejumlah mitra perdagangannya. Data Departemen Perdagangan Amerika Serikat (AS) menunjukkan angka defisit mencapai US$46,2 miliar per kuartal II/2018.

Jika dirinci, sejumlah negara menjadi penyebab defisit neraca perdagangan AS antara lain China, Jepang, India, Indonesia, dan Kanada.

Untuk itu, saat ini AS tengah mengevaluasi kelayakan tiga negara yakni Indonesia, India, dan Kazakhstan untuk kembali mendapatkan Generalized System of Preference (GSP) atau pemotongan bea impor terhadap produk ekspor tiga negara tersebut.

Berdasarkan kajian kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, hingga 7 Juli 2018, Indonesia masih memperoleh manfaat GSP AS dalam kategori A, yang memberikan pemotongan tarif bea masuk di AS untuk 3.500 produk, termasuk sebagian produk agrikultur, produk tekstil, garmen dan perkayuan.

Mengacu pada laporan GSP AS tahun 2016, Indonesia hanya memperoleh manfaat GSP sebanyak US$1,8 miliar dari total ekspor Indonesia ke AS pada 2016 sebesar US$20 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper