Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos, dan Logistik Indonesia (Asperindo) Mohamad Feriadi menilai efek perang dagang Amerika Serikat-China masih belum akan terasa bagi pengusaha jasa pengiriman barang.
"Kalau yang sering berhubungan dengan luar negeri pasti akan terasa karena semua pembayaran yang menggunakan kurs dolar kan sudah terasa kenaikannya, sementara kalau yang masih fokus di domestik belum terasa," katanya kepada Bisnis, Minggu (8/7/2018).
Namun, Feriadi mengatakan bila perang dagang tersebut berimbas pada perekonomian Indonesia maka dampak terhadap bisnis jasa pengiriman pun akan terhambat.
Menurutnya, saat ini jasa pengiriman barang Tanah Air masih didominasi pasar domestik sehingga kecil kemungkinan akan terdampak perang dagang tersebut.
"Contohnya saja, JNE masih didominasi pangsa pasar domestik. Kalau secara prosentase bisa 90% lebih," kata Feriadi yang juga Direktur Utama PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE).
Di sisi lain, jika perang dagang menyebabkan perekonomian di Indonesia turun, maka bisa berdampak pada jasa pengiriman internasional. Padahal, diharapkan jasa pengiriman internasional bisa tumbuh.
"Kita juga berharap pengiriman internasional tumbuh, bukan hanya yang ekspor tapi juga impor," katanya.
Sebelumnya, Amerika Serikat resmi memulai genderang perang dagang (trade war) kepada pemerintah China menyusul diberlakukannya tarif produk-produk impor negara Tirai Bambu senilai US$34 miliar, mulai Jumat (6/7/2018).
Efek perang dagang ini dikhawatirkan akan berimbas bagi industri di Indonesia, termasuk sektor logistik dan jasa pengiriman barang.