Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Energi Sumber Daya Mineral mengajukan asumsi target lifting 2019 lebih besar 5,25% dari target 2018 menjadi 2,1 juta barel setara minyak per hari. Hal itu berdasarkan asumsi hasil produksi gas bisa lebih besar pada tahun depan.
Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan, lifting migas ini masih akan ditopang oleh produksi gas, sedangkan produksi minyak memang masih terus diupayakan terus dijaga.
"Pada 2018, lifting migas diasumsikan 2 juta barel setara minyak. Hal itu melihat realisasi 2017 yang sebesar 1,94 juta barel setara minyak, sedangkan pada 2019 kami mematok target lifting pada rentang 1,9 juta barel setara minyak sampai 2,1 juta barel setara minyak," ujarnya pada Selasa (5/6).
Secara rinci, asumsi lifting minyak 2019 naik 0,62% menjadi 805.000 barel per hari dibandingkan dengan target APBN 2018. Lifting gas bumi ditargetkan bisa naik 8,33% menjadi 1,3 juta barel setara minyak per hari.
Dirjen Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, asumsi lifting 2019 yang lebih besar dibandingkan dengan target APBN 2018 itu karena melihat potensi produksi gas yang bakal banyak on stream pada 2019.
"Kalau dari sisi minyak memang masih belum bakal ada kenaikan produksi yang signifikan," ujarnya.
Sampai Mei 2018, lifting migas secara keseluruhan sebesar 1,91 juta barel setara minyak per hari. Angka itu masih di bawah target APBN 2018 yang sebesar 2 juta barel setara minyak per hari.
Realisasi lifting minyak masih berada di kisaran 758.000 barel per hari. Capaian itu masih di bawah target lifting APBN 2018 yang sebesar 800.000 barel per hari.
Lalu, lifting gas bumi sebesar 1,15 juta barel setara minyak per hari. Nilai itu masih di bawah target APBN 2018 yang sebesar 1,2 juta barel setara minyak per hari.
Dalam data SKK Migas, ada 13 proyek yang bakal on stream pada 2019. Mayoritas proyek itu memang memproduksi gas. Dari total 13 proyek itu, ada 3 proyek yang bakal on stream pada kuartal I/2019 yakni, Terang Sirasun Batur Phase 2 dengan kapasitas produksi 210 juta kaki kubik, CPS Modification dengan produksi sebesar 5.169 juta kaki kubik per hari, dan SWB/WB/SB associated gas to PT JII dengan kapasitas 15 juta kaki kubik per hari.
Di sisi lain, tingkat biaya cost recovery diperkirakan masih menanjak pada 2019. Kementerian ESDM mengajukan kisaran cost recovery pada tahun depan sebesar US$10 miliar sampai US$11 miliar.
Djoko mengatakan, asumsi cost recovery pada 2019 itu melihat target dari APBN 2018 yang sebesar US$10,39 miliar. Lalu, pihaknya juga melihat realisasi cost recovery pada 2017 senilai US$11,32 miliar.
"Jadi, kami memang melihat dari angka historis," ujarnya.
Adapun, realisasi cost recovery sampai Mei 2018 senilai US$4,71 miliar.
Padahal, biaya cost recovery diperkirakan mulai turun seiring masuknya beberapa kontrak baru blok migas dengan gross split. Pada 2018, bakal ada 6 blok migas yang sudah berjalan dengan kontrak Gross Split yakni, Blok Tuban, Ogan Komering, Sanga-sanga, Southeast Sumatra, North Sumatra Offshore, dan Attaka-East Kalimantan.