Bisnis.com, JAKARTA — Pelarangan Israel terhadap kunjungan wisatawan Indonesia turut memukul bisnis pariwisata outbond di Tanah Air, dan menghilangkan potensi pemberangkatan wisatawan nusantara ke daerah wisata religi tersebut hingga 5.000 orang pada Juni 2018.
Ketua Association of Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Asnawi Bahar menjelaskan, setiap tahunnya terdapat sekitar 40.000 wisatawan Indonesia yang berkunjung ke daerah tersebut. Dengan adanya travel ban bagi wistawan Indonesia yang diberlakukan mulai 9 Juni mendatang, maka jumlah tersebut diprediksi akan merosot tajam.
“Dari sisi biro perjalanan ,kita kehilangan potensi yang cukup besar, dan memberikan beban akhir tahun buat kami. Tadinya kita perkirakan tahun ini bisa tembus 50.000 wisatawan yang berangkat ke sana, tetapi karena hambatan ini target itu bisa tidak tercapai,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (3/6/2018).
Dia menambahkan, larangan bagi wisatawan nusantara untuk berkunjung ke Israel-Palestina menjadi pukulan tersendiri bagi industri pariwisata. Dia menilai, seharusnya industri pariwisata justru memetik keuntungan di momentum libur panjang lebaran. Namun, dengan adanya larangan ini, potensi tersebut menjadi hilang dan tidak bisa dimanfaatkan.
Menurutnya, wisatawan nusantara yang non muslim biasanya memanfaatkan libur panjang untuk berwisata ke luar negeri, tak terkecuali wisata religi keYerusalem. Kota tersebut telah lazim dikenal sebagai kota suci bagi tiga agama, yaitu Islam, Kristen dan Yahudi.
Bagi umat Islam, di sana terdapat Masjid Al-Aqsa yang menjadi kiblat pertama, sekalgus masjid suci ketiga terbesar setelah Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Tak mengherankan bila banyak biro umrah yang menyertakan Masjid Al-Aqsa sebagai salah satu destinasinya.
Adapun bagi Umat Kristiani, di Yerusalem terdapat Gereja Makam Kudus, yang menjadi salah satu situ paling suci bagi umat kristiani di seluruh dunia. Sementara bagi umat Yahudi, terdapat Tembok Ratapan di Bukit Bait, salah satu Kota Tua Yerusalem yang kaya sejarah dan ritual agama.
Selama ini, Indonesia dan Israel diketahui memang tidak memiliki hubungan diplomatik. Namun untuk pariwisata, selama ini biro perjalanan kerap menggunakan visa khusus.
Lebih lanjut Asnawi berharap aksi balasan Israel akibat sikap pemerintah Indonesia yang melarang warga Israel untuk berkunjung ke Tanah Air. itu tak berlangsung lama. Sikap itu diambil oleh pemerintah sebagai bentuk penolakan atas klaim Israel terhadap Yerusalem sebagai Ibu Kota, yang memicu konflik berkepanjangan antara Israel-Palestina.
Dia menjelaskan akibat larangan ini, biro perjalanan terpaksa menyesuaikan jadwal pemesanan tiket dan pemesanan hotel. Pihaknya juga berupaya memberikan pemahaman kepada wisatawan atas kondisi tersebut.
“Ini menjadi pukulan berat bagi kami. Kami harus menyelesaikan, bagaimana tiket pesawat tidak hangus, apakah customer mau terima hotel dijadwal ulang, sampai pengembalian uang. Apapun kebijakan suatu negara menjadi beban yang berat bagi kami, karena kami menjual service,” ujarnya.
Adapun berdasarkan data Kementerian Pariwisata Israel seperti dilansir www.globes.co, Minggu (03/06), jumlah wisatawan mancanegara yang mengunjungi Israel mencapai 1,36 juta sepanjang Januari hingga April 2018, tumbuh 25% dari periode yang sama pada tahun lalu.
Namun, situasi keamanan yang mengkhawatirkan diprediksi akan membuat upaya pemerintah Israel untuk melampaui capaian turis tahun lalu sebanyak total 3,6 juta orang menjadi semakin berat.
Pada perkembangan lain, Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan mengatakan bahwa penolakan warga negara Indonesia (WNI) masuk ke Israel adalah konsekuensi tindakan Indonesia yang mendukung penuh terwujudnya kemerdekaan Palestina.
"Penolakan visa WNI ini merupakan konsekuensi dalam kaitan Indonesia yang juga pernah menolak visa warga Israel, dan Indonesia sampai sekarang masih konsisten mendukung kemerdekaan Palestina," ujar politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu.