Bisnis.com, JAKARTA--Dalam mencari solusi agar milenial mudah untuk membeli properti, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengadakan acara Ngobrol Properti (NGOPI) yang diberi tema 'Kapan Beli Properti'.
Acara ini digelar karena adanya stigma bahwa generasi milenial tidak mau berinvestasi dibidang properti, dan lebih senang menghabiskan uangnya untuk keperluan konsumtif saja. Padahal industri properti makin berkembang di era digital ini. Apalagi jika properti yang dibeli digunakan untuk hunian atau rumah tinggal.
"Hal tersebut berdasarkan data para pengembang anggota Kadin dari realisasi penjualan sepanjang triwulan I-2018. Di mana pertumbuhan bisnis properti pada awal tahun ini masih di dominasi oleh sektor hunian, baik rumah tapak maupun apartemen. Saya kira, industri properti dapat tumbuh 5 sampai 7% di tahun ini [2018]," ungkap Rosan P Roeslani, Ketua Umum Kadin Indonesia, di Jakarta, Kamis (26/4/2018).
Karena itulah, menurutnya, pengembang properti harus berorientasi membuat produk properti yang bisa dijangkau oleh generasi milenial.
"Karena potensi di segmentasi generasi milenial berpotensi untuk terus tumbuh hingga sepuluh tahun mendatang dan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan industri properti," ungkap Rosan.
Menurut Rosan, pertumbuhan sektor properti didukung oleh kebutuhan akan hunian yang masih tinggi.
Namun dikatakan juga oleh Rosan, kebutuhan akan rumah hunian itu harus didukung sejumlah kebijakan terkait sektor properti seperti suku bunga kredit kepemilikan rumah (KPR) yang rendah dan adanya upaya sejumlah pihak terkait kendala uang muka (down payment atau DP) untuk kalangan masyarakat menengah ke bawah.
Untuk itu Kadin menyarankan agar bank-bank pemberi kredit perumahan mau membuka diri supaya pembelian properti perumahan mudah diakses oleh generasi milenial.
"Kemampuan generasi milenial membeli properti bisa maksimal sampai Rp1 miliar, di mana 17% di antaranya baru mampu membeli rumah dengan harga Rp300 juta. Kenapa? Karena rata-rata penghasilan mereka [milenial] sebesar Rp3-Rp6 juta, namun yang jadi masalah, untuk beli rumah seharga Rp300 juta, dibutuhkan income mereka sebesar Rp7,5 juta," kata Rosan.
Rosan juga berharap agar akses untuk generasi milenial agar bisa memiliki properti dapat diakomodir oleh Pemerintah, sehingga bisa diterbitkan kebijakan untuk mendukung generasi milenial agar mereka bisa membeli properti yang mereka inginkan.