Bisnis.com, LOMBOK -- Balai Latihan Kerja (BLK) Lombok Timur mengalokasikan anggaran senilai Rp31 miliar untuk program pelatihan total 1.200 tenaga kerja di bidang pariwisata tahun ini, di mana 560 orang di antaranya tenaga perhotelan, dan 640 orang awak kapal pesiar.
Saat ini, BLK Lombok Timur menjadi satu-satunya balai latihan kerja di tanah air yang memiliki program pelatihan kerja untuk awak kapal pesiar. Balai kerja tersebut dilengkapi dengan sarana prasarana kapal pesiar mewah yang setara dengan fasilitas hotel bintang lima, mulai dari peralatan dapur, hingga laundry.
Sirman, Kepala BKL Lombok Timur mengatakan, berbagai perlengkapan tersebut sengaja diimpor dari luar negeri untuk menunjang keterampilan para siswa. Dengan demikian, seusai menjalani latihan selama tiga bulan, diharapkan siswa dapat menjadi tenaga siap pakai di bidang pariwisata.
"Balai kerja ini jadi percontohan se-Asia Tenggara karena punya fasilitas paling lengkap. Untuk pemeliharaan, biaya listriknya saja bisa sampai Rp34 juta per bulan, " ungkapnya, Kamis (22/3/2018).
Dia menjelaskan, BLK Lombok Timur baru efektif beroperasi sejak dua tahun terakhir. Pihaknya juga telah memiliki kerja sama eksklusif dengan operator kapal pesiar Royal Caribbean.
Dengan demikian, tingkat penyerapan tenaga kerja kapal pesiar mencapai 100%. Namun untuk tahun ini, pihaknya membutuhkan pembaharuan nota kesepahaman sebelum membuka penerimaan siswa baru.
"Saya sudah banyak ditanyakan oleh calon siswa supaya penerimaan siswa baru segera dimulai. Sedangkan untuk MoU, bolanya ada di Jakarta," jelasnya.
Dia memaparkan, pada tahun lalu BLK Lombok Timur menyuplai 628 tenaga kerja kapal pesiar. Sementara pada 2015 dan 2016, jumlah tenaga kerja kapal pesiar yang disalurkan mencapai masing-masing menxapai 650 orang dan 120 orang.
Setelah menjalani pelatihan, siswa lulusan BLK Lombok Timur langsung dikontrak oleh Royal Caribbean dengan masa kerja 7-8 bulan, dengan upah total dapat mencapai Rp150 juta. Profesinya berbagai macam, mulai dari pembersih, juru masak, pelayan kamar, asisten pelayan, dan banyak lainnya.
Dalam menjaring calon siswa, Sirman mengaku tidak menerapkan persyaratan pendidikan terakhir. Selama calon siswa berstatus pengangguran, maka berhak mengikuti seleksi. Dia pun hanya memberikan batasan usia maksimal 30 tahun.
Dia mengaku, kemampuan Bahasa Inggris kerap menjadi kendala dalam memasok tenaga kerja. Terkait hal itu, dia pun meminta operator kapal pesiar untuk membantu memberikan kursus Bahasa Inggris tambahan di luar sesi pelatihan.
Menurutnya, kebutuhan tenaga kerja di bidang pariwisata khususnya kapal pesiar sangat besar. Untuk satu operator saja, pihak Royal Caribbean mengaku membutuhkan 39.000 tenaga kerja di setiap tahunnya.
Dari jumlah tersebut, Sirman menilai Indonesia baru mampu menyediakan 5% di antaranya. Sementara sisanya lebih banyak disediakan oleh negara lain seperti Filipina.
Lebih lanjut, dia juga tengah berupaya menjajaki kerja sama dengan pihak perhotelan agar dapat menampung siswa BLK Lombok Timur yang menjalani program perhotelan.
"Kalau yang jurusan kapal pesiar begitu lulus langsung dapat kontrak, tetapi yang perhotelan ini yang masih belum ada (kontrak), " ujarnya.
Dia menilai, selepas menuntaskan masa kerja di kapal pesiar, tenaga kerja kapal pesiar biasanya dapat melanjutkan karir di bidang perhotelan. Sementara tenaga perhotelan dianggap tetap perlu menjalani pelatihan khusus untuk bisa bekerja di kapal pesiar.