Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AMERICA FIRST, Kemendag: Prospek RI Masih Baik

Prospek ekspor Indonesia ke Amerika Serikat masih cukup baik meski negara tersebut mulai menerapkan jargon America First untuk mendongkrak penggunaan barang dalam negeri.
Alat pengangkut kontainer (Reach Stacker) dioperasikan untuk memindahkan kontainer ke atas truk, di Pelabuhan Cabang Makassar yang dikelola Pelindo IV, Selasa (20/2/2018)./JIBI-Paulus Tandi Bone
Alat pengangkut kontainer (Reach Stacker) dioperasikan untuk memindahkan kontainer ke atas truk, di Pelabuhan Cabang Makassar yang dikelola Pelindo IV, Selasa (20/2/2018)./JIBI-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA - Prospek ekspor Indonesia ke Amerika Serikat masih cukup baik meski negara tersebut mulai menerapkan jargon America First untuk mendongkrak penggunaan barang dalam negeri.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan Muhri menuturkan menurut data-data ekspor yang telah dipublikasi mengenai perbaikan ekonomi AS pada 2017 dan prospek ekonomi 2018 masih cukup positif.

Kasan memaparkan, berdasarkan catatan statistik AS, pada tahun 2017 neraca perdagangan non migas Indonesia dengan AS surplus US$12,8 milyar bagi Indonesia di mana ekspor non migas RI meningkat 5% dibandingkan 2016. Sementara ekspor diprediksi naik lagi sekitar 7% pada 2018 ini.

Indonesia menurutnya masih cukup aman dalam kerjasama perdagangan dengan negara Abang Sam tersebut. Pasalnya produk ekspor RI ke AS sebagian besar merupakan produk yang tidak diproduksi oleh AS namun dibutuhkan masyarakat negara itu.

“Seperti produk garment, karet, sepatu, vegetable oils, ikan dan seafood, furniture, rempah2, kopi, kokoa, dan produk kayu. Komoditas ini turut mendongkrak ekspor 2018, ditambah produk elektronik,” kata Kasan kepada Bisnis, Selasa (6/3/2018).

Di samping itu kata Kasan, khusus produk industri seperti garmen dan sepatu termasuk kategori footlose industry yang dalam operasinya mencari tenaga kerja murah serta efisien, mengindikasikan kemungkinan kecil perusahan yang memproduksi kedua jenis produk tersebut berlokasi di AS. Dia juga meyakini kemungkinan AS akan mengganggu masuknya produk tersebut ke AS cukup kecil.

Kebijakan America First diterapkan oleh AS dalam berbagai bentuk seperti keluar dari perjanjian dagang kemitraan trans-pasifik (TPP), mereview kebijakan North American Free Trade Agreement (NAFTA) dan mengurangi defisit perdagangan dengan 10 mitra dagang yang menjadi sumber defist neraca dagang AS.

Selain itu, kebijakan masa Donald Trump lainnya ialah trade remedy (anti dumping, anti subsidy), termasuk yang terakhir kebijakan menaikan tarif impor baja 25% dan aluminum 10%.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper