Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Panjang Pantai Tak Jamin RI Jadi Produsen Utama Garam Dunia. Ini Sebabnya

Kendati memiliki panjang pantai 97.000 km atau nomor dua terpanjang di dunia, faktor alam membuat Indonesia sulit menjadi produsen garam terkemuka di dunia.
Petani garam di Kabupaten Nagakeo, NTT/Istimewa
Petani garam di Kabupaten Nagakeo, NTT/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Kendati memiliki panjang pantai 97.000 km atau nomor dua terpanjang di dunia, faktor alam membuat Indonesia sulit menjadi produsen garam terkemuka di dunia.

Pendiri Himpunan Ahli Garam Rakyat (HAGI), Misri Gozan, mengatakan produksi garam membutuhkan paling tidak lima pekan tanpa hujan. Selama beberapa pekan itu, petambak memindah-mindahkan air laut dari meja garam satu ke meja garam lainnya. Jika di tengah proses tiba-tiba turun hujan, maka petambak harus kembali ke proses awal.

"Di pesisir yang punya kelembapan tinggi, arus laut dan angin yang terlalu keras, terlalu banyak lumpur, tidak bisa terbentuk garam yang baik," katanya, Kamis (22/2/2018).

Persoalan lainnya, ujar penulis buku 'Hikayat Si Induk Bumbu: Jalan Panjang Swasembada Garam' itu, petambak garam di Indonesia sangat bergantung pada cuaca. Di sisi lain, mereka tidak mempunyai informasi yang cukup tentang perubahan cuaca. Kondisi ini menyulitkan petambak menentukan waktu yang tepat untuk menyewa lahan.

Seluruh masalah itu membuat produksi garam nasional naik-turun. Saat musim kering melanda 2015 akibat El Nino, produksi garam mencapai titik tertinggi 2,7 juta ton. Produksi langsung jatuh ke angka 114.000 ton setahun kemudian saat musim kemarau basah melanda akibat La Nina.

"Memang seharusnya ada campur tangan teknologi," kata guru besar Teknologi Rekayasa Proses Lingkungan Universitas Indonesia itu.

Ketua Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) Tony Tanduk mengatakan sekadar panjang pantai tidak cukup menjadi modal menjadi produsen garam utama dunia. Lebih dari itu, diperlukan lahan yang cocok untuk dikembangkan menjadi tambak garam.

"Saya pikir kita jangan lagi bicara panjang pantai, tapi ketersediaan lahan," katanya.

Menurut dia pula, mempertentangkan garam lokal dengan garam impor juga tak lagi relevan. Bagi industri, hal yang penting adalah harga, kualitas, dan pasokan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper