Bisnis.com, JAKARTA — PT Dafam Property Indonesia meyakini bisnis properti dalam negeri, khususnya perhotelan, masih memiliki prospek yang cukup menjanjikan sehingga perseroan optimis untuk tetap melakukan penawaran umum perdana tahun ini.
Wijaya Dahlan, Direktur Dafam Property Indonesia, mengatakan bahwa dua tahun hingga tiga tahun belakangan bisnis properti memang sangat melemah, investor pun cenderung wait and see.
Namun, dirinya menilai saat ini kondisi ekonomi Indonesia mulai stabil. Bisnis properti Indonesia di masa mendatang pun masih sangat prospektif, mengingat tingginya jumlah penduduk, luasnya wi layah Indonesia, dan masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki hunian.
Perseroan sendiri saat ini fokus di bisnis perhotelan, tetapi juga menggarap pasar rumah tapak. Perseroan kini tengah fokus untuk pengembangan sistem manajemen perhotelan.
Dirinya masih menyakini prospek bisnis hotel di masa mendatang akan tetap cerah, meskipun mengalami disrupsi oleh kemajuan teknologi digital serta tekanan akibat kelebihan pasokan.
Perseroan fokus pada bisnis hotel bintang 3 ke atas dan mengandalkan pasar MICE juga, atau meeting, incentive, convention, exhibition. Hotel berbintang yang menyediakan banyak fasilitas masih dicari pelanggan.
Baca Juga
Pelanggan masih harus mendatangi langsung pihak hotel untuk melalukan pemesanan untuk kegiatan MICE, tidak bisa hanya sekadar mengandalkan aplikasi teknologi digital yang kini menjamur.
“Ke depan, bisnis hotel budjet yang hanya mengandalkan kamar dan tidak memiliki fasilitas untuk long term secara investasi pasti juga akan menurun, sementara bitang 3 ke atas masih banyak peluangnya,” katanya, Kamis (22/2/2018).
Menanggapi tantangan kelebihan pasokan, menurutnya hal tersebut akan teratasi dengan sendirinya seiring meningkatnya permintaan. Saat ini, masing-masing pemerintah daerah berupaya mendorong kemajuan tempat-tempat wisata masing-masing.
Pemerintah sedang giatkan investasi pariwisata untuk mencapai target 20 juta wisatawan mancanagara pada 2020. Investasi hotel yang dilakukan perseroan adalah untuk mendukung target pemerntah tersebut.
Wijaya mengatakan, atas dasar itu perseroan tetap optimistis untuk melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering/IPO tahun ini di Bursa Efek Indonesia. Perseroan berencana melepas saham setara 25% setelah IPO.
Rencananya, dana hasil IPO tersebut akan digunakan perseroan untuk menambah cadangan lahan 2,5 hektare di Semarang dan dukungan untuk ekspansi 5 hotel baru. Sejauh ini, perseroan sudah memiliki 30 hotel dan menyumbang sekitar 80% dari total pendapatan tahunan perseroan.
Wijaya mengatakan, tahun lalu perseroan mencatatkan pertumbuhan pendapatan 15% dibandingkan dengan 2016. Dalam 5 tahun terakhir, pertumbuhan pendapatan perseroan adalah rata-rata 7%-8% per tahun, akibat pelemahan yang terjadi pada 2014-2015 lalu.