Bisnis.com, JAKARTA - Sepanjang 2017, Eramet SA berhasil mencetak produksi nikel sebanyak 59.212 ton atau naik 7,2% dibandingkan dengan realisasi produksi pada 2016 sebanyak 55.227 ton.
Tingginya produksi grup pertambangan asal Prancis tersebut disebabkan permintaan nikel sebagai bahan baku stainless steel yang juga meningkat sepanjang tahun lalu. Hal itu bisa dilihat dari produksi stainles steel yang juga meningkat.
"Produksi stainless steel global melanjutkan kenaikan hingga 5,7% di 2017 dibandingkan dengan 2016," tutur manajemen dalam keterangan resmi, Rabu (21/2/2018).
Pada bagian lain, induk usaha PT Weda Bay Nickel tersebut menargetkan produksi nickel pig iron (NPI) perdana dari Indonesia bisa dilakukan mulai 2020 dengan kapasitas 30.000 ton per tahun. Sebanyak 13.000 ton akan diatribusikan untuk Eramet.
Sementara itu, di samping sibuk melakukan perencanaan pembangunan smelter, Weda Bay masih terlibat pembahasan terkait amandemen Kontrak Karya (KK) dengan Pemerintah Indonesia.
Masih ada dua isu yang belum disepakati oleh Weda Bay, yakni penerimaan negara dan divestasi. Untuk penerimaan negara, perusahaan yang beroperasi di Maluku Utara tersebut meminta tarif royalti dan pajak di bawah ketentuan.
Adapun untuk divestasi, perusahaan tersebut meminta agar perjanjian dengan PT Antam sebesar 40% pada tahun ke-15 bisa diakomodir.