Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menilai sangat sulit untuk menetapkan satu harga khusus batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dalam negeri karena karakteristik tambang yang bervariasi.
Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengatakan setiap tambang memiliki karakter yang berbeda-beda. Hal itu menyebabkan ongkos produksi pun mempunyai rentang yang cukup jauh.
"Jadi memang sulit kalau harus memunculkan satu angka. Tapi, karena ada urgensi dari pemerintah akhirnya kami usulkan satu angka," ujarnya kepada Bisnis, Senin (19/2/2018).
Adapun, angka yang diusulkan adalah US$85 per ton. Angka itu tidak terlalu jauh dari rata-rata harga batu bara acuan (HBA) tahun lalu senilai US$85,92 per ton.
APBI pun masih menunggu jadwal pertemuan baru dengan pemerintah dan PT PLN (Persero). Terakhir kali pertemuan diadakan pada awal bulan ini.
"Sebenarnya usulan angka itu kami siapkan untuk dibahas sejak pekan lalu. Tapi, kami masih belum dapat jadwal untuk membahas lagi dengan pemerintah dan PLN," tuturnya.