Bisnis.com, JAKARTA - Tingginya harga batu bara diperkirakan tidak akan langsung dimanfaatkan perusahaan-perusahaan raksasa melalui peningkatan produksi yang signifikan.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan bahwa perencanaan produksi untuk perusahaan-perusahaan besar, khususnya pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), biasanya dilakukan untuk jangka panjang. Dengan begitu, lonjakan harga batu bara belum tentu langsung mendorong produksi perusahaan-perusahaan tersebut.
"Kalau perusahaan besar itu biasanya sudah lama perencanaannya. Jadi, gak akan langsung menaikkan produksi juga," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (16/2/2018).
Menurut Hendra, secara umum produksi batu bara tahun ini akan tetap tinggi. Hal tersebut bisa ditakar dari asumsi harga dari pelaku usaha yang cukup optimistis.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk. Garibaldi Thohir menyatakan akan tetap memeprtahankan tingkat produksinya di kisaran 52-56 juta ton.
"Produksi kita itu untuk long term [jangka panjang]. Jadi, saya mikirin bukan hanya 5-10 tahun dari sekarang, tapi saya mikirnya sampai 20 tahun," tuturnya.
Adapun selain lini bisnis tambang, Adaro terus mengembangkan lini bisnis ketenagalistrikannya. Seluruh pembangkit yang dimiliki Adaro akan akan mendapat pasokan batu bara dari tambang milik sendiri.