Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Travis Kalanick, Mantan CEO Uber yang Dipenuhi Kontroversi

Kemunculan Uber menandai era sharing economy, tidak hanya di negara asalnya yaitu AS tapi di seluruh dunia. Nama Travis Kalanick, salah satu pendirinya, pun turut melambung.
Travis Kalanick, mantan CEO Uber./Reuters-Danish Siddiqui
Travis Kalanick, mantan CEO Uber./Reuters-Danish Siddiqui

Bisnis.com, JAKARTA - Kemunculan Uber menandai era sharing economy, tidak hanya di negara asalnya yaitu AS tapi di seluruh dunia. Nama Travis Kalanick, salah satu pendirinya, pun turut melambung.

Layanan transportasi itu didasarkan pada sebuah ide sederhana, bagaimana kalau kita bisa memanggil taksi hanya dengan menekan tombol di ponsel. 

Namun, walaupun Uber mendapat tempat khusus di hati pelanggannya, tapi kehadiran layanan transportasi ini juga mengundang perlawanan terutama dari para pengemudi taksi konvensional. Pro kontra terhadap Uber turut tercermin dalam naik turunnya karir Kalanick, yang sekarang sudah tidak lagi memegang kuasa tertinggi di perusahaan itu. 

Kalanick lahir di Los Angeles, AS pada 6 Agustus 1976 dari pasangan Donald Edward Kalanick dan Bonnie Horowitz Kalanick. Orang tuanya adalah sosok pekerja keras, di mana ayahnya bekerja sebagai seorang teknisi sedangkan ibunya bekerja di perusahaan iklan.

Travis Kalanick, Mantan CEO Uber yang Dipenuhi Kontroversi

Besar di Northridge, California, AS, Kalanick dikenal sebagai sosok berperawakan kurus yang sangat cerdas di sekolah. Tetapi, dia menjadi korban perisakan di masa kanak-kanak, sehingga tidak memiliki banyak teman di waktu kecil.

Bisnis pertamanya adalah bimbingan belajar untuk persiapan Scholastic Assessment Test (SAT) yang dinamakan New Way Academy. Ketika itu, Kalanick baru berusia 18 tahun. 

Sempat mencicipi bangku kuliah di University of California Los Angeles (UCLA), dia akhirnya keluar pada 1998. Alasan drop out adalah karena Kalanick memutuskan mendirikan Scour, startup layanan berbagi dokumen yang serupa dengan Napster, bersama Michael Todd dan Vince Busam.

Travis Kalanick, Mantan CEO Uber yang Dipenuhi Kontroversi

Bisnisnya tak berjalan mulus karena pada 2000, Motion Picture Association of America (MPAA), Recording Industry Association of America (RIAA), dan National Music Publisher Association (NMPA) mengajukan gugatan pelanggaran hak cipta senilai US$250 miliar kepada Scour. Kalanick pun memutuskan untuk mempailitkan Scour.

Setahun kemudian, dia kembali dengan RedSwoosh, sebuah perusahaan perangkat lunak yang menciptakan teknologi berkirim dokumen berukuran besar secara efisien. Demi menghemat biaya operasional perusahaan, Kalanick dan rekan-rekannya pindah ke Thailand pada 2006. 

Keputusan ini rupanya berbuah manis karena pada 2007 RedSwoosh dibeli oleh Akamai, sebuah perusahaan penyedia layanan cloud dengan nilai US$19 juta. Transaksi ini membuat Kalanick menjadi miliuner di usia muda.

Pepatah yang mengatakan selama kita mau berusaha maka tidak ada yang tidak mungkin rupanya terjadi pada Kalanick, ketika dia bergabung dengan Garrett Camp, Oscar Salazar, dan Conrad Whelan dalam mengembangkan Uber. Saat itu, namanya masih UberCab. 

Awalnya, dia hanya berperan sebagai penasihat UberCab. Pada 2010, UberCab pun dirilis di San Francisco. 

Namun, Kalanick ternyata tiba-tiba berubah pikiran. Ryan Graves, yang menjadi CEO Uber selama sepuluh bulan perusahaan itu didirikan, digantikan Kalanick dengan mudah. 

Travis Kalanick, Mantan CEO Uber yang Dipenuhi Kontroversi

Setelah berganti kepemimpinan, Uber perlahan menjadi perusahaan teknologi yang fenomenal. Ekspansi di kota-kota lain di AS dilakukan, termasuk New York yang menjadi salah satu pasar terbesar perusahaan, serta di negara-nega lain seperti Indonesia. 

Perusahaan ini juga berhasil menjadi startup yang sukses dengan memperoleh pendanaan sebesar US$14 miliar selama 2010-2017, ketika dia dilengserkan dari posisinya. Uber bahkan pernah bekerja sama dengan Baidu, layanan mesin pencari asal China, dan mendapatkan bantuan finansial sebesar US$600 juta.

Travis Kalanick, Mantan CEO Uber yang Dipenuhi Kontroversi

Pencapaian Kalanick di Uber juga membuatnya menjadi sosok yang berpengaruh. Pada 2015, dia dinobatkan sebagai salah satu sosok paling berpengaruh di dunia versi majalah Time.

Sayangnya, di balik segala kesuksesannya mengendalikan Uber, ada harga mahal yang ditebus. Serangkaian kontroversi telah membahayakan dirinya dan perusahaan.

The New York Times melaporkan bahwa sekitar 50 orang mantan pekerja Uber mengatakan Kalanick menciptakan sistem manipulasi psikologis agar para pengemudinya, yang bukan berstatus karyawan, untuk bekerja keras agar selalu menerima penumpang apapun kondisinya.

Uber juga dituding melakukan kecurangan dengan memata-matai pengguna aplikasinya demi memenangkan kompetisi dengan para pesaing. 

Kontroversi lainnya adalah penggunaan sebuah sistem identifikasi berbasis data bernama Greyball. Sistem ini digunakan untuk mengidentifikasi aparat penegak hukum suatu negara, terutama yang berkepentingan dengan kebijakan transportasi, sehingga mereka tidak dapat mengakses jasa Uber.

Hal lainnya yang menjadi sorotan adalah ketika Kalanick bergabung dalam dewan penasihat bisnis Presiden AS Donald Trump. Tetapi, hal ini tidak berlangsung lama karena dia memutuskan untuk tidak melanjutkan keikutsertaannya setelah banyak kritik dilayangkan.

Travis Kalanick, Mantan CEO Uber yang Dipenuhi Kontroversi

Masa kepemimpinan Kalanick menunjukkan akhirnya pada Juni 2017. Ketika itu, dia yang bersiap mewawancarai mantan CEO Whole Foods Market Inc. Walter Robb untuk posisi COO Uber, didatangi oleh pemodal Uber yaitu Matt Cohles dan Peter Fenton.

Keduanya membawa surat berisi tuntutan lima investor utama perusahaan, yang intinya meminta Kalanick bersedia meninggalkan jabatannya sebagai CEO Uber. Permintaan itu tentu saja tidak serta merta disetujuinya.

Kalanick, yang sukses membawa Uber dari startup kecil menjadi perusahaan besar, menolak mentah-mentah permintaan tersebut. Dia lalu menghubungi Arianna Huffington, anggota dewan eksekutif Uber, untuk meminta pendapat. Namun, Huffington justru menyarankannya memikirkan tuntutan tersebut.

Akhirnya, pada Juni 2017, Kalanick pun mengundurkan diri dari posisinya sebagai CEO Uber. 

Seiring berakhirnya perjalanan karirnya bersama Uber, dunia pun menantikan langkah Kalanick selanjutnya. Apakah dia akan kembali dengan startup baru atau justru bergabung dengan perusahaan teknologi besar lainnya?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper