Bisnis.com, JAKARTA - Beberapa tahun terakhir ini industri makanan berbahan baku surimi atau surimi base product tumbuh pesat. Dari mengolah pasta ikan alias surimi, industri itu menghasilkan penganan yang populer di masyarakat, seperti otak-otak alias fish cake, bakso ikan (fish ball), bakso udang, nugget ikan, tempura, dan siomay.
Dalam catatan Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I), ada 10 pabrik berskala besar di Indonesia yang menjalankan industri semacam itu. Itu belum termasuk ratusan usaha kecil dan menengah yang memproduksi bakso ikan, nugget, pempek, dan lain-lain.
Sehubungan dengan pengalihan alat tangkap menuju pelarangan cantrang, gagasan impor bahan baku untuk memenuhi kebutuhan surimi industri makanan itu dinilai kurang layak secara ekonomi berdasarkan simulasi yang dibuat oleh AP5I.
Harga ikan kurisi atau itoyori dari India US$0,6 per kg. Ongkos pengiriman dari India sampai ke pabrik di Indonesia US$0,15 per kg. Harga bahan baku sampai di Indonesia US$0,75 per kg. Biaya memproses bahan baku menjadi surimi di Indonesia sama dengan di India, yakni US$0,5 per kg.
Memperhitungkan biaya itu, plus rendemen sekitar 28%, maka harga pokok produksi (HPP) surimi di Indonesia US$3,17 per kg, sedangkan di India US$2,64 per kg.
Dengan demikian, harga surimi di Indonesia akan lebih mahal sekitar 15% dari harga semula. Demikian pula jika dibandingkan dengan harga surimi India. Padahal, Indonesia dan India bersaing di pasar surimi Jepang, Korea, Singapura, dan China.