Bisnis.com, JAKARTA— Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) memprediksi produksi jagung dalam negeri akan mengalami penaikan sebesar 10% pada tahun ini dibandingkan perkiraan produksi berdasarkan angka ramalan II pada 2017 yang mencapai 27,9 juta ton.
Ketua KTNA Winarno Tohir menyebutkan, angka 10% merupakan penaikan prediksi paling kecil yang dia buat saat ini. Dengan kata lain, ada kemungkinan penaikan produksi di 2018 lebih besar dari 10%.
“Penaikan produksi , kalau 10% sih sudah bisa lah,” kata Winarno saat dihubungi Bisnis, Minggu (4/2/2018).
Kendati demikian, Winarno mengingatkan, penaikan produksi sebesar 10% ini bisa terjadi hanya jika pemerintah tetap pada komitmen untuk tidak membunyikan apalagi sampai meralisasikan wacana impor jagung.
Kestabilan harga jagung yang sesuai dengan harga acuan dari pemerintah juga menjadi faktor lain.
Pasalnya, pembukaan keran impor berpotensi besar membuat harga jagung lokal melempem dan mengakibatkan kerugian di kalangan petani.
Baca Juga
“Satu kata, kalau impor tidak ada, harganya bagus, saya yakin seyakin-yakinnya, melebihi target tapi kalau impor masuk, harganya jatuh, saya yakin seyakin-yakinny a[produksi] juga akan turun,” jelasnya.
Selain faktor impor, perluasan lahan jagung juga diprediksi akan menjadi penyumbang penaikan produksi jagung di 2018. Namun, saat ini Winarno belum memiliki angka pasti kemungkinan pertambahan lahan jagung di 2018.
“Nah ini yang belum clear karena belum diolah, tapi areanya ada, karena di lapangan kini kita banyak sekali suka dukanya,” katanya.
Adapun faktor lain yang berpotensi mempengaruhi produksi jagung tahun ini, menurut Winarno adalah keadaan cuaca. Pihaknya berharap, sepanjang 2018, cuaca bisa sesuai dengan kondisi lahan.
Seperti diketahui, sejak 2016 pemerintah telah memperketat rekomendasi impor jagung yang berlanjut pada 2017 di mana Kementerian Pertanian tidak mengeluarkan rekomendasi impor jagung.
Adapun untuk 2017, dia memperkirakan realisasi produksi jagung tidak akan jauh berbeda dari angka ramalan II pada 2017. Kalau pun terdapat perbedaan, menurutnya tidak akan terlalu signifikan.
Winarno mengakui pihaknya belum mendapatkan data sepenuhnya terkait realisasi panen tersebut,
Namun, berdasarkan 70-80 persen data yang sudah terkumpul saat ini, dirinya optimis bahwa angka realisasi panen jagung tidak akan meleset jauh dari yang sudah diperkirakan.