Bisnis.com, JAKARTA— Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) menyampaikan Indonesia berpotensi meningkatkan produksi jagung hingga dua kali lipat menjadi 10-12 ton per hektare (ha) dari kemampuan saat ini 5-6 juta ton dengan sejumlah perlakuan khusus terhadap tanaman dan lahan jagung.
Salah satu aspek yang paling penting, menurut Winarno, adalah pemeliharaan sejak jagung sejak ditanam hingga 35 hari pasca penanaman. Pasalnya, pola perlakuan atas tanaman dan lahan sejak pertama kali ditanami hingga 35 hari berikutnya akan menjadi penentu apakah produksi akan maksimal atau tidak.
“Kalau saja, petani kita diajak pertanian moderm yang sudah contohnya itu di Lamongan [Jawa Timur], itu bisa per ha 12 ton tapi perlu perlakuan khusus! Itu kan bukan asal tanam hasilnya sekian,” tegasnya ketika dihubingi Bisnis, Minggu (4/2/2018).
Winarno menjelaskan, perlakuan terhadap jagung dan lahan ibarat bayi yang harus selalu diberi hal-hal terbaik, khususnya pada masa awal hidupnya untuk bisa menjadi anak yang sehat dan cerdas.
Petani diwajibkan untuk terus menerus secara konsisten memantau perkembangan jagung di 35 hari pertamanya.
“Sampai umur 35 hari harus diurus benar-bener, nggak bisa tanam langsung tinggal, harus diurus. Nah, 5 ton per ha itu kan tanam tinggal, untuk pupuk datang tinggal lagi. Kalau ini diurus sampai 35 hari baru bisa 12 ton,” jelasnya.
Selain pemeliharaan yang konsisten, pemupukan juga menjadi faktor penting lainnya. Menurut Winarno, akan lebih baik jika tanaman jagung diberi pupuk organik ketimbang pupuk anorganik.