Bisnis.com, JAKARTA- Guru Besar Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santosa yang juga Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) mengatakan meski telah terjadi panen di sejumlah tempat di Jawa, namun diperkirakan masih butuh waktu untuk melakukan pengeringan dan penggilan serta distribusi minimal dalam dua pekan ini.
Perlunya waktu untuk akhirnya bisa sampai ke pasar, yang menyebabkan beras medium dalam waktu dekat belum akan bisa ditekan.
“Sampai Maret [saya perkirakan] harga [beras] stabil tinggi,” kata Dwi kepada Bisnis.
Dari pengamatannya, untuk harga beras beras medium di pasar grosir PIBC naik hampir 30%, sedangkan beras premium hampir 20% sejak 1 Juli 2017 ke 24 Januari 2018.
Terkait dengan impor, dia mengemukakan perlu waktu untuk merealisasikannya. Sementara itu, ujarnya, meningat sejumlah wilayah sudah panen, harga gabah berpotensi bisa kembali turun, meski saat ini masih berada di harga Rp5.500-Rp6.000 per kg.
Seperti diketahui, harga beras medium di pasaran masih belum menunjukkan penurunan signifikan menjelang Januari 2018 berakhir.
Beras jenis medium (IR) di pasar masih berada di angka rata-rata 11.335 per kg. Nilai beras saat ini jauh dari ketentuan harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp9.450 per kilogram untuk Jawa, Lampung dan Sumatera Selatan. Angka tersebut meningkat sekitar 11,10% dibanding Desember 2017.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Pasar Induk Besar Cipinang (PIBC), harga beras medium varietas IR-64 II seharga Rp11.575 per kg pada 29 Januari. Angka ini naik Rp475 dibanding pada 1 Januari. Harga juga sempat mengalami kenaikan drastis hingga Rp12.075 per kg pada 25 – 26 Januari.
Perusahaan pelat merah Badan Urusan Logistik (Bulog) sejak awal Januari juga telah menggelontorkan beras besar-besaran meski stok saat pekan pertama operasi pasar pada Januari sekitar 900.000 ton. Hingga kini diyakini stok terus menipis setelah Kementerian Perdagangan memperluas titik distribusi dan jumlah pengeluaran beras berkisar 13.000 – 15.000 per hari ke seluruh Indonesia.
Direktur Pengadaan Bulog Adrianto Wahyu Adi mengatakan pemerintah saat ini sedang melakukan proses importasi beras dari tiga negara yakni Vietnam, Thailand dan India. Para surveyor independen hingga kini masih melakukan proses pengumpulan dan pengecekan beras sesuai spesifikasi. Proses impor ini dibatasi pemerintah kepada Bulog hanya sampai 31 Februari untuk mencegah sebaran beras berlebihan di masa panen raya.
Pemerintah menurutnya hanya akan mengimpor 281.000 ton. Pasalnya Pakistan yang mulanya digadang-gadang akan ikut mengekspor beras, mundur karena khawatir beras tidak sampai tepat waktu. Masing-masing negara yang mengimpor yakni Vietnam melalui Vinafood Northern 70.000 ton, Vinafood Southern 71.000 ton. Kemudian tiga penyalur dari Thailand masing-masing 40.000 ton, dan India 20.000 ton
“Nampaknya Pakistan batal, tak yakin mereka bisa penuhi tenggat pengapalan,” kata dia kepada Bisnis, Senin (29/1).
Berdasarkan estimated time on Arrival diperkirakan kapal pertama akan tiba pada 11 Februari. Namun tidak disebutkan beras tersebut berasal dari negara mana. Adapun setelah tiba nantinya, beras hanya akan dimasukkan di gudang Bulog. Beras impor baru akan dikeluarkan setelah diputuskan dalam rapat koordinasi terbatas.