Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konsumsi Tepung Terigu Bakal Naik 5%

Konsumsi tepung terigu diperkirakan tumbuh sebesar 5% pada tahun ini.
Pekerja memindahkan tepung dari atas kapal ke mobil truk di Pelabuhan Makassar./JIBI-Paulus Tandi Bone
Pekerja memindahkan tepung dari atas kapal ke mobil truk di Pelabuhan Makassar./JIBI-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA—Konsumsi tepung terigu diperkirakan tumbuh sebesar 5% pada tahun ini.

Franciscus Welirang, Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia, mengatakan pada tahun ini tidak akan ada lonjakan pada konsumsi tepung terigu domestik.

“Menurut saya pertumbuhannya sangat normatif, yaitu sekitar 5% saja,” ujarnya Kamis (25/1/2018).

Dihubungi terpisah, Ratna Sari Lopis, Direktur Eksekutif Aptindo, menuturkan sepanjang tahun lalu konsumsi tepung terigu tercatat sebesar 6,2 juta ton atau naik 5,44% secara tahunan. Senada dengan Franky, dia memproyeksi konsumsi tepung terigu tahun ini akan tumbuh di kisaran 5%, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional.

Konsumsi tepung terigu pada tahun lalu banyak didominasi oleh segmen usaha kecil menengah (UKM) sebesar 66% hingga 67%, sisanya diserap oleh industri besar.

“Tepung terigu lebih banyak diserap oleh UKM, seperti untuk bahan baku roti, cake, mi basah, dan sebagainya,” kata Ratna.

Terkait dengan bahan baku, produsen tepung terigu berharap tahun ini tidak ada pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, mengingat hampir seluruh bahan baku tepung terigu berupa gandum dipenuhi oleh impor. 

Hingga kuartal III/2017, impor gandum tercatat sebesar 8,2 juta ton yang terdiri dari gandum untuk industri sebear 7,3 juta ton dan gandum untuk pakan ternak sebesar 900.000 ton.

“Impor gandum biasanya sesuai dengan permintaan karena kami tidak bisa menyimpan lama-lama, paling 1 bulan hingga 2 bulan,” ujarnya.

Adapun, gandum diimpor dari beberapa negara di antaranya Australia, Kanada, Amerika Serikat, dan Ukraina. Australia menjadi pemasok gandum utama dengan kontribusi lebih dari 50% dan disusul Kanada dan Amerika Serikat.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper