Bisnis.com, JAKARTA - Kepastian pengurangan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang telah direncanakan sebelumnya masih menunggu hasil pembahasan revisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2017-2026.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan kemungkinan akan ada beberapa perubahan dalam RUPTL yang baru. Hal tersebut masih difinalisasi oleh PT PLN (Persero).
"Sekarang RUPTL masih difinalisasi di PLN. Nanti kalau sudah selesai, baru ke sini," ujarnya kepada Bisnis, Sabtu (20/1/2018).
Sebelumnya, Direktur Utama PLN Sofyan Basir menyatakan dalam RUPTL baru ada kapasitas pembangkit yang dikurangi. Namun, jumlahnya sedikit.
"Kalau tiba-tiba PLN bangun banyak lalu permintaannya belum bisa menyerap bagaimana? Jadi harus bertahap," terangnya.
Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur, Bali, dan Nusa Tenggara PLN Djoko Rahardjo Abumanan menuturkan pihaknya berencana mengatur kembali jadwal pengoperasian beberapa pembangkit listrik. Hal itu dilakukan dalam rangka penyesuaian pasokan dengan kebutuhan listrik.
"Kita akan atur COD-nya [commercial operation date]. Ini masih di bawah kewenangan PLN karena dalam kontrak. Lagi kami diskusikan," ungkapnya.
Berdasarkan RUPTL 2017-2016, PLN akan menambah kapasitas sebesar 77,9 gigawatt (GW). Sebanyak 31,9 GW di antaranya berasal dari PLTU.