Bisnis.com, JAKARTA - Produsen surimi di Rembang, Jawa Tengah, PT Indo Seafood, berpendapat ide memanfaatkan bahan baku dari perairan Indonesia timur yang dicetuskan pemerintah sulit diterapkan.
Direktur PT Indo Seafood Darwan mengatakan ikan yang diangkut dari timur ke barat pasti dalam keadaan beku. Padahal, ikan beku tidak cocok dijadikan bahan baku surimi.
"Tidak bagus karena surimi ikannya harus fresh dikasih es, bukan dibeku. Permintaan surimi dari ikan beku juga minim sekali, kecuali murah sekali," katanya saat dihubungi, Senin (15/1/2018).
Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan meminta produsen pasta ikan alias surimi memanfaatkan stok ikan di Indonesia timur untuk menyubstitusi ikan rucah dari Laut Jawa yang sulit diperoleh sejak cantrang dilarang mulai 1 Januari 2018 (Bisnis, 15/1/2018).
Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Nilanto Perbowo mengatakan jenis ikan berdaging putih dan berukuran besar cukup melimpah di Indonesia timur, seperti kurau, kakap putih, senangin, dan manyung.
Ikan-ikan itu merupakan hasil tangkapan nelayan setempat dari perairan Arafura. Perum Perikanan Indonesia (Perindo) dan PT Perikanan Nusantara (Perinus) pun menyimpan stok jenis ikan itu di Merauke.
Darwan menuturkan jumlah kapal eks cantrang dari Jawa yang berpindah ke area penangkapan ke timur masih sejauh ini sedikit. Jadi, sejauh ini suplai bahan baku dari timur hampir tidak ada.
Selain itu, sambung dia, jenis ikan yang disebut KKP bisa menggantikan ikan rucah, harganya cukup tinggi ketika sampai Jawa karena biaya angkut yang mahal. Harga ikan kurau Rp15.000 per kg, kakap putih Rp23.000 per kg, senangin Rp35.000 per kg.
Sementara, produsen surimi selama ini membeli ikan hasil tangkapan cantrang Rp5.000-Rp8.000 per kg.