Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan meminta produsen pasta ikan alias surimi untuk memanfaatkan stok ikan di Indonesia timur untuk menyubstitusi ikan rucah dari Laut Jawa yang sulit diperoleh sejak cantrang dilarang.
Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Nilanto Perbowo mengatakan jenis ikan berdaging putih dan berukuran besar cukup melimpah di Indonesia timur, seperti kurau, kakap putih, senangin, dan manyung.
Nelayan setempat menangkapnya dari perairan Arafura. Perum Perikanan Indonesia (Perindo) dan PT Perikanan Nusantara (Perinus) pun menyimpan stok jenis ikan itu di Merauke.
"Ini yang sedang kami tawarkan terus-menerus kepada pelaku usaha surimi untuk segera bisa menyerap bahan baku tersebut dari timur, dibawa ke Pantura Jawa," katanya, Kamis (11/1/2018).
Menurut dia, harga ikan berdaging putih itu sebenarnya hanya Rp2.000-Rp3.000 per kg di Indonesia timur. Kendati demikian, dia tidak menampik ongkos pengangkutan ikan dari Indonesia timur ke wilayah barat masih mahal, yakni Rp3.200-Rp4.300 per kg. Adapun berdasarkan pengakuan produsen surimi kepada KKP, harga ikan rucah di Pantura Jawa berkisar Rp3.000-Rp11.000 per kg.
Nilanto menyebutkan sejauh ini produsen surimi di sepanjang Pantura Jawa masih keberatan atas ide KKP. Pertama, karena harga ikan sampai ke pabrik mahal. Kedua, mereka tidak terbiasa menggunakan bahan baku lain di luar hasil tangkapan cantrang di Laut Jawa, seperti ikan mata goyang, kurisi, ekor kuning, biji nangka, dan gulamah.
Namun menurut dia, industri serupa di Vietnam dan Thailand mampu bertahan sekalipun mereka memperoleh bahan baku dari area penangkapan (fishing ground) yang jauh dari lokasi pabrik.
Berdasarkan data Trademap yang dikutip KKP, Indonesia berada di urutan ke-7 eksportir terbesar surimi dunia pada 2015 dengan volume ekspor 40.845 ton senilai US$142,9 juta. Amerika Serikat berada di urutan pertama dengan volume ekspor 216.124 ton senilai US$521,4 juta, disusul Vietnam, China, India, Norwegia, dan Eslandia. Thailand berada di urutan ke-8.
Adapun berdasarkan catatan Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia, ekspor surimi Indonesia rata-rata US$200 juta atau Rp2,7 triliun per tahun. Tiga pasar ekspor terbesar surimi Indonesia adalah Malaysia, Jepang, dan Korea.
Jepang dan Korea merupakan dua importir terbesar surimi dunia pada 2015 dengan volume impor keduanya 402.781 ton senilai US$1,1 miliar. Di kedua negara, surimi menjadi bahan baku bakso ikan (fish ball), imitasi crab stick, satsuma-age, otak-otak (fish cake), kamuboko, dan narutomaki.
KKP ingin industri surimi di Tanah Air tidak menyerah, lalu menutup pabrik. Nilanto berharap produsen mau memanfaatkan bahan baku alternatif dari Indonesia timur. Dia mengundang industri surimi untuk memecahkan masalah bersama.
"Ayo kumpul, ayo bicara, apa yang dibutuhkan dari KKP supaya industri surimi bisa mengakses ikan-ikan kita yang ada di Indonesia timur. Kalau memaksa seperti kemarin, harus ikan ini, harganya sekian, ya tentu deadlock."