Bisnis.com, SENTANI - Kementerian Perhubungan RI akan menggelar jalur penerbangan Trans-Udara di Papua dan Papua Barat.
Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso menuturkan jalur penerbangan itu dimaksudkan agar penerbangan di daerah tersebut bisa lebih lancar dengan aksesibilitas yang lebih terjangkau pada tahun 2018 ini.
Agus menuturkan pembuatan Trans-Udara Papua ditempuh dengan berbagai cara, di antaranya dengan memasang peralatan navigasi penerbangan yang lebih canggih di 109 bandara udara yang tersebar di Papua dan Papua Barat sebagai panduan bagi operasional pesawat terbang di wilayah tersebut serta menambah sumber daya manusia penerbangan yang andal.
Pembuatan jalur Trans-Papua ini menindaklanjuti instruksi Presiden Joko Widodo untuk lebih memperhatikan kebutuhan masyarakat di Papua dan Papua Barat. Nama Trans-Papua sendiri diambil dari similaritas jalan darat Trans-Papua membelah daratan Papua dan Papua Barat yang dibangun oleh Kementerian PUPR.
“Oleh sebab itu, kami sebagai regulator bidang penerbangan senantiasa bersinergi dengan Kementerian, Lembaga serta Pemda guna mendukung peningkatan keselamatan dan kelancaran lalu lintas penerbangan di Papua dan Papua Barat dengan menyiapkan SDM yang handal serta menerapkan teknologi dan prosedur-prosedur penerbangan yang terkini,” ujar Agus Santoso, dalam acara Pemberdayaan Masyarakat dan Modernisasi Layanan Navigasi Penerbangan di Papua yang dilaksanakan oleh AirNav Indonesia di Sentani, Jumat (12/1).
Di bidang SDM, pemerintah telah melakukan program pemberdayaan masyarakat untuk menjadi insan-insan penerbangan yang akan mengisi dan melayani kebutuhan layanan penerbangan di Papua, melalui program beasiswa dari Perum LPPNPI/ AirNav Indonesia.
Baca Juga
Dalam pendidikan tersebut sebanyak 11 orang telah dididik sebagai personel navigasi penerbangan yang selanjutnya akan dipekerjakan sebagai karyawan di Perum LPPNPI. Selain itu Kementerian Perhubungan sendiri telah mencetak 16 Pilot yang berasal dari Papua dan Papua Barat.
Saat ini masih dilakukan perekrutan sebanyak 12 orang Putra dan Putri terbaik dari tanah Papua untuk dididik sebagai Penerbang di Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Perhubungan.
Di bidang Teknologi, salah satunya adalah ADS-B (Automatic Dependent Surveillance Broadcast) yang telah diproduksi oleh entitas nasional PT. INTI juga akan diinstal di 7 lokasi di Papua, yaitu di Sentani, Wamena, Oksibil, Dekai, Borome, Senggeh dan Elilim.
ADS-B ini kemudian akan digunakan sebagai tools bagi pemanduan lalu lintas penerbangan. Demikian pula dengan jaringan rute penerbangan di 109 bandara yang saat ini, sudah diimplementasikan jalur-jalur penerbangan yang berbasis Satelit dalam hal ini GPS.
Prosedur penerbangan yang berbasis satelit GPS tersebut dikenal dengan Performance Based Navigation (PBN) telah diimplementasikan di Papua dan Papua Barat guna melengkapi prosedur penerbangan yang ada saat ini.
Sementara itu, di bidang pengoperasian pesawat udara, telah diperkenalkan dan diterapkan tatacara penerbangan di wilayah pegunungan atau Flying in The Mountaineous Area.
Berupa kaidah-kaidah persyaratan operasi penerbangan meliputi kaidah penerbangan visual atau instrumen, penggunaan peralatan Global Positioning System (GPS), kecakapan kru pesawat, program pelatihan kru, budaya keselamatan, peralatan pesawat udara dan kondisi bandar udara.
Sedangkan di bidang pelayanan navigasi penerbangan, saat ini tengah dilakukan program peningkatan status pelayanan AFIS menjadi Aerodrome Control Tower dan juga peningkatan pelayanan APP dengan berbasis surveillance pada bandara Sentani.
Saat ini Unit Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan yang ada di Papua terdiri dari 10 Unit Aerodrome Control Tower (TWR), 4 Unit Approach Control (APP) dan unit lainnya berstatus Aerodrome Flight Information Service (AFIS).
“Untuk meningkatkan pelayanan penerbangan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah bekerjasama dengan United States Trade Development Agency/ USTDA melalui programTechnical Assistance Eastern Airspace Aviation Safety mengembangkan sebuah program yang mengacu pada Cap Stone Project - Alaska di Amerika Serikat untuk dapat diterapkan juga di wilayah pegunungan seperti di tanah Papua ini,” kata Agus.
Mengingat pentingnya layanan penerbangan di Indonesia terutama untuk menghubungkan wilayah terpencil maupun wilayah terluar, saat ini Ditjen Perhubungan Udara juga sedang menyiapkan konsep pelayanan navigasi penerbangan yang berbasis remote system.
Pelayanan navigasi penerbangan yang berbasis remote system tersebut seperti pelayanan ATS, pelayanan Meteorologi Penerbangan serta layanan mandiri antar pesawat udara (Traffic Information Broadcast by Aircraft). "Di bidang kebandarudaraan, akan kami kaji lebih mendalam untuk pemanfaatan sungai-sungai lebar, garis pantai maupun danau sebagai water base airport."
Dengan peningkatan SDM, teknologi dan prosedur-prosedur penerbangan yang terkini serta peralatan navigasi penerbangan pada Trans-Udara Papua ini juga akan lebih meningkatkan keselamatan penerbangan di Papua dan Papua Barat.
Agus mengingatkan pada semua penyelenggara penerbangan di Papua agar meningkatkan keselamatan dan keamanan penerbangan dan bekerja maksimal sesuai aturan-aturan penerbangan yang berlaku.
“Pada bulan Maret nanti, akan ada tim dari Uni Eropa yang mengadakan audit lapangan terkait keselamatan dan keamanan di Papua dan Papua Barat. Hasilnya akan dipakai sebagai landasan pembukaan ban (larangan terbang) Indonesia di Eropa."