Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

68 Proyek Pembangkit Liatrik Energi Terbarukan Siap Dibangun

Pemerintah menyebutkan perusahaan telah menandatangani 68 power purchase agreement (PPA) pembangkit listrik dari energi baru terbarukan dengan total kapasitas terbangkitkan mencapai 1207 MW pada 2017. Seluruh proyek tersebut siap dibangun pada tahun ini.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA-- Pemerintah menyebutkan perusahaan telah menandatangani 68 power purchase agreement (PPA) pembangkit listrik dari energi baru terbarukan dengan total kapasitas terbangkitkan mencapai 1207 MW pada 2017. Seluruh proyek tersebut siap dibangun pada tahun ini.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Rida Mulyana mengatakan,  dari 68 PPA yang ditandatangani, ada 55 proyek yang masih berproses untuk mendapatkan pendanaan atau financial closing. PPA yang sudah mendapatkan financial closing namun belum memulai kontruksi sebanyak 5 unit, dan yang telah memulai kontruksi sebanyak 8 unit.

"Kita berhasil menggaet investor energi baru terbarukan meski dengan harga jual listrik yang murah," katanya, Rabu (10/1).

Pengembangan tersebut difokuskan kepada daerah-daerah terpencil seperti di Indonesia Timur. Pembangunan pembangkit tersebut juga bertujuan meningkatkan rasio elektrifikasi.

Selain itu, pemerintah juga memfokuskan pembangunan lampu tenaga surya hemat energi  (LTSHE) yang ditargetkan selesai dalam 2 tahun ini. Tahun 2018 ditargetkan 80.000 kepala keluarga. jumlah ini naik 2 kali lipat dibandingkan target 2017.

"Sebanyak 176.000 unit LTSHE direncanakan akan dibagikan di tahun ini", ujar Rida.

Pada tahun 2018, LTSHE dibagi menjadi 15 paket pengadaan dimana 2 paket diantaranya sudah dilelang dan 13 paket lainnya akan dilelang dalam minggu ini. Rida menegaskan bahwa Program LTSHE ini adalah program temporary atau sementara. 

 

Pemerintah meminta kepada penyedia untuk menjamin LTSHE yang diproduksi dapat terus menyala selama 3 tahun. Setelah 3 tahun, program LISSA (Listrik Desa) diharapkan bisa masuk di daerah-daerah yang pada saat ini masih menggunakan LTSHE. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper