Bisnis.com, JAKARTA – Konflik di Semenanjung Korea dinilai dapat mengganggu bisnis global, sekaligus menjadi ancaman geopolitik terbesar terhadap kualitas kredit di Asia.
“Skenario semacam itu tetap merupakan kejadian dengan probabilitas yang rendah. Namun apabila tensi yang terjadi saat ini berkembang menjadi aksi militer total maka konsekuensinya bisa sangat besar,” jelas Moody's Investors Service dalam laporan terbarunya, seperti dikutip CNBC, Rabu (3/1/2018).
Perusahaan pemeringkat kredit, penelitian, dan analisis risiko tersebut merujuk pada retorika terbaru antara pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Dalam akun Twitternya, Trump menyampaikan pernyataan sengit setelah Kim Jong Un mengatakan bahwa dia memiliki kuasa untuk meluncurkan nuklir kapanpun ia mau. Sebelumnya Kim Jong-un mengatakan bahwa dia memiliki tombol yang selalu ada di mejanya sehingga AS tidak akan dapat memulai perang.
Menurut Moody’s, hilangnya kehidupan manusia dipandang sebagai dampak terbesar dari bentrokan besar yang melibatkan Washington, Seoul, dan Pyongyang. Namun, ekonomi global juga akan mengalami kerugian.
Laporan tersebut tidak membahas skenario terburuk dari penggunaan senjata nuklir, namun berkonsentrasi pada kualitas kredit untuk negara-negara dan industri yang rentan risiko.
Jika konflik berlangsung beberapa pekan, Moody's memperingatkan adanya pukulan terhadap pertumbuhan ekonomi Korea Selatan akibat kemungkinan hancurnya kapasitas produksi dan infrastruktur.
Namun, perlambatan apapun disebut akan bersifat sementara dan diimbangi oleh pengeluaran fiskal serta penyangga likuiditas eksternal Seoul.
Tetapi jika konflik tersebut berlangsung selama satu atau dua kuartal, berbagai industri dapat terpukul selain ekonomi China dan Jepang. Menurut Moody’s, berikut beberapa industri yang akan sangat terdampak:
Elektronik
Mengingat Korea Selatan adalah salah satu eksportir komponen elektronik terbesar di dunia, perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang elektronik seperti semikonduktor akan mengalami dampak material karena sangat bergantung pada chip memori buatan Korea.
“Dampaknya hanya akan berkurang jika produsen mampu mendapatkan bahan-bahan pengganti dari tempat lain, meskipun tidak pasti seberapa cepat pemasok alternatif dapat meningkatkan volume produksinya,” papar Moody’s.
Logistik
Penurunan kapasitas pengiriman Korea serta kemungkinan gangguan perdagangan di beberapa negara Asia yang sangat terpengaruh juga akan menguji beberapa pelabuhan dan perusahaan logistik global, seperti perusahaan-perusahaan di Pantai Barat AS.
Eksportir Minyak
Seoul juga merupakan salah satu konsumen energi terbesar di dunia, sehingga permintaan gas alam dan minyak dari negeri ginseng akan berkurang seiring dengan terjadinya konflik.
“Saat dampak ekonomi dari konflik menyebar secara global, berkurangnya permintaan dan harga energi akan mengurangi pendapatan eksportir minyak dan gas global, seperti Qatar dan Kuwait,” jelas Moody's.
Finansial
Aksi militer di Semenanjung Korea kemungkinan akan mengakibatkan meningkatnya aksi penghindaran aset berisiko di pasar finansial global, yang berpotensi membahayakan refinancing bagi banyak penerbit utang.
“Implikasi kredit negatif bagi kebanyakan bank dan perusahaan asuransi di Asia Pasifik akan terlihat rendah sampai sedang, karena kerugian dari volatilitas pasar finansial atau kerugian dari proyek-proyek yang terkait Korea, yang mereka bayarkan secara langsung atau melalui pelanggan mereka,” papar Moody’s.