Bisnis.com, JAKARTA—Holding perusahaan BUMN minyak bumi dan gas antara PT Pertamina (Persero) dan PT PGN (Persero) berpotensi menjatuhkan harga saham PGN.
Pakar Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Tri Widodo mengatakan, wacana pemerintah telah merugikan bagi PGN. Mengingat PGN merupakan perusahaan terbuka, sehingga sahamnya menjadi tertekan.
"PGN itu perusahaan publik sehingga dengan wacana holding telah menjatuhkan harga sahamnya dan membuat investor tidak percaya. Tentu harga sahamnya bisa jatuh," katanya saat dihubungi, Rabu (3/1).
Secara historical, sepanjang tahun 2017 perusahaan berkode PGAS itu menjadi pemuncak daftar saham-saham pemberat Indeks harga saham gabungan (IHSG).
Harga saham BUMN penguasa hilir gas bumi itu anjlok selama satu tahun. Harga saham PGAS dibuka Rp1.765 per lembar pada hari ini (3/1).
Harga ini turun 38,48% selama satu tahun. Harga saham PGAS pada 4 Januari 2017 ditutup Rp2.910 per lembar.
Baca Juga
Dia menilai, dengan perbedaan budaya pada masing-masing perusahaan, BUMN ini tidak dapat bekerja secara efektif setelah holding nanti.
"Budaya kerjanya beda dan pola bisnisnya juga berbeda antara PGN dengan Pertamina. Misalkan holding semen aja yang produknya sejenis ternyata gagal meningkatkan produksi, apalagi PGN dan Pertamina yang tidak sama," tuturnya.