Bisnis.com, JAKARTA—Industri tekstil dan produk tekstil Tanah Air mewaspadai ancaman dari pabrikan Vietnam yang menjadi pesaing pabrikan lokal dalam menggara pasar kawasan Eropa pada 2018.
Ade Sudrajat, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), menyampaikan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Tanah Air terhambat masalah bea masuk ke kawasan Eropa yang mencapai 15%—20%. Masalah tersebut dapat menjadi hambatan yang serius bagi industri TPT nasional karena dapat menurunkan penjualan secara signifikan pada tahun depan. Pasar Uni Eropa masih memberikan sumbangan yang tinggi terhadap total penjualan ekspor industri TPT Tanah Air.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan pabrikan TPT Vietnam yang mendapatkan perlakuan khusus seperti pembebasan bea masuk dan berbagai kemudahan lain dari Uni Eropa. "Pemerintah pada tahun depan harus fokus membina hubungan bilateral dengan Uni Eropa agar industri TPT mendapatkan perlakuan yang sama dengan Vietnam," kata Ade kepada Bisnis.com, Kamis (28/12/2017).
Pertumbuhan ekspor industri TPT pada tahun ini dinilai membaik dengan nilai penjualan mencapai US$12,4 miliar atau telah lebih baik dibandingkan dengan empat tahun ke belakang. Pemerintah harus bisa menjaga tren positif ini pada tahun depan agar dapat mengejar target pertumbuhan industri TPT pada 2019 yang mencapai US$15 miliar.
"Pemerintah Indonesia saat ini sedang berupaya menjalin kerja sama dengan Uni Eropa agar dibebaskan bea masuk. Proses pembahasan perjanjian pembebasan bea masuk ini diperkirakan selesai hingga 2018, sedangkan pada 2019 telah sampai di tahap ratifikasi dan mulai bisa diimplementasikan pada 2020," ujarnya.
Menurutnya, implementasi pembebasan bea masuk pada 2020 ini dapat tercapai dengan catatan pemerintah harus bekerja lebih keras. "Jangan sampai ditunda-tunda, kebijakan ini sangat krusial terhadap pertumbuhan industri TPT berorientasi ekspor," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
