Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GAMMA Gandeng Pabrikan Mesin dari Korea Selatan

Gabungan Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (GAMMA) bekerja sama dengan pemerintah dan industri mesin Korea Selatan guna mengembangkan industri mesin dalam negeri.
Ketua Gabungan Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (GAMMA) Dadang Asikin bersama Regional Industry Promotion Office Gyeongnam Technopark Jeong Yong-Seon./JIBI
Ketua Gabungan Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (GAMMA) Dadang Asikin bersama Regional Industry Promotion Office Gyeongnam Technopark Jeong Yong-Seon./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA—Gabungan Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (GAMMA) bekerja sama dengan pemerintah dan industri mesin Korea Selatan guna mengembangkan industri mesin dalam negeri.

Dadang Asikin, Ketua Umum GAMMA, mengatakan asosiasi menerima delegasi pejabat pemerintah dan pengusaha industri mesin Korsel pada 6 Desember 2017. Dalam pertemuan tersebut dibahas tentang tawaran kerja sama saling menguntungkan di bidang investasi dan alih teknologi, termasuk riset dan pengembangan.

"Kerja sama tersebut dalam rangka mendukung pengembangan indutri pengerjaan logam dan mesin di Indonesia," ujarnya kepada Bisnis.com, Minggu (17/12/2017).
Kerja sama terkait pengembangan industri permesinan Indonesia tersebut dilakukan GAMMA dengan techno park yang berada di kawasan industri Gyeongsangnam, yaitu Gyeongnam Technopark.

Delegasi dari Negeri Ginseng, yang diwakili oleh pejabat pemerintah dan pengusaha industri, juga menyampaikan provinsi Gyeongsangnam merupakan pusat industri besar dan terbesar di Korea Selatan dengan jumlah industri sekitar 2.800 industri.

Industri-industri tersebut bergerak di bidang perkapalan, pesawat terbang, mesin CNC, power plant, turbin dan komponen. "Sebagai tindak lanjut telah ditanda tangani MOU antara GAMMA dan Gyeongnam Technopark. Pada tahun depan, GAMMA dan anggota untuk berkunjung ke Korea Selatan," kata Dadang.

Adapun, industri mesin dalam negeri diharapkan dapat menangkap momentum pembangunan infrastruktur yang digalakkan pemerintah, seperti proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt, membutuhkan peralatan yang bisa diproduksi oleh pabrikan dalam negeri.

Namun, saat ini Dadang mengakui para anggota asosiasi merasa kurang dilibatkan dalam proyek infrastruktur pemerintah. Oleh karena itu, apabila pemerintah membuka kesempatan bagi produsen lokal untuk berperan dalam proyek infrastruktur, industri mesin akan tumbuh lebih baik.

“Penerapan TKDN dipenuhi saja, pemain lokal sudah terbantu. Proyek infrastruktur ini menjadi trigger utama bagi industri mesin, selain sektor otomotif,” ujarnya.

Menurutnya, pemerintah perlu menerapkan sanksi tegas apabila TKDN dalam proyek infrastruktur tidak dipenuhi untuk melindungi industri dalam negeri. Apabila penerapan TKDN tidak diawasi dengan baik, Danang pesimistis industri mesin dapat tumbuh dengan baik karena kalah saing dengan produk impor.

Selain itu, industri ini juga masih menghadapi kendala ketersediaan bahan baku, padahal sumber daya manusia (SDM) di Indonesia sudah mampu menghasilkan produk berkualitas baik.

Pada kuartal III/2017, industri mesin dan perlengkapan menjadi salah satu subsektor industri yang mencatatkan pertumbuhan tinggi dibandingkan subsektor lainnya, yaitu sebesar 6,35%. Selain industri ini, industri logam dasar, industri alat angkutan, dan industri makanan dan minuman juga mencatatkan pertumbuhan yang tinggi. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper