Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PASOKAN NATAL & TAHUN BARU: Pemasok Belum Rasakan Peningkatan Permintaan

Ketua Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia (AP3MI) Susanto mengatakan para pemasok belum mendapatkan peningkatan permintaan dari peritel modern. Jika biasanya permintaan penambahan pasokan sudah ramai terjadi setidaknya sejak awal Desember, maka kali ini belum terasa.
Ilustrasi./.Bisnis-Nurul Hidayat
Ilustrasi./.Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA-- Ketua Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia (AP3MI) Susanto mengatakan para pemasok  belum mendapatkan peningkatan permintaan dari peritel modern. Jika biasanya permintaan penambahan pasokan sudah ramai terjadi setidaknya sejak awal Desember, maka kali ini belum terasa.

"Kelihatannya tidak ada persiapan khusus. Sekarang sudah tanggal belasan tapi masih sepi. Biasanya ada peningkatan pasokan sampai 20% dari hari-hari biasa," sebut dia kepada Bisnis, Rabu (13/12).

Kondisi ini terjadi untuk semua kategori produk, termasuk makanan dan minuman (mamin). Situasi tersebut, lanjut Susanto, juga berlangsung pada Idulfitri 2017.

Berdasarkan data The Nielsen Company Indonesia, kenaikan penjualan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) selama Januari-Oktober 2017 hanya menyentuh 2,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun capaian pertumbuhan penjualan pada Januari-Oktober 2016 menyentuh 9,8% secara year-on-year (yoy).

Executive Director, Retailer Services Nielsen Company Indonesia Yongky Susilo memperkirakan sepanjang 2017 kinerja sektor ritel hanya akan naik 2,5%. Angka tersebut jauh di bawah realisasi tahun lalu yang mencapai lebih dari 7%.

Dihubungi terpisah, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman menyatakan hal serupa. Menurut dia, gejala yang terlihat sekarang mirip dengan Idulfitri tahun ini yakni tidak ada kenaikan permintaan yang signifikan.

Gapmmi mencatat pada Idulfitri 2017 hanya terjadi pertumbuhan sebanyak 5% dari kondisi normal. Padahal, biasanya bisa meningkat sampai 30%-35%.

Akibatnya, setelah Idulfitri banyak produk mamin yang diretur dan stok menumpuk. "Setelah Idulfitri, situasinya agak stagnan. Awal November 2017 kelihatan naik, tapi tidak drastis. Mulai ada aktivitas, tapi kelihatannya tidak tinggi," terang Adhi.

Selain melihat adanya perubahan pola konsumsi masyarakat, dia menilai terganggunya daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah sebagai beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kondisi ini.

Oleh karena itu, Gapmmi memperkirakan kenaikan permintaan produk mamin untuk Natal dan Tahun Baru kali ini hanya 5%-10%. Pada tahun-tahun sebelumnya, kedua momen ini mampu mengerek pertumbuhan penjualan hingga 15%-20%.

Adapun produk yang paling banyak dicari selama Natal dan Tahun Baru di antaranya minuman termasuk minuman ringan atau softdrink, biskuit, serta snack untuk pesta.

Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) belum memberikan komentar. Pesan singkat dan telepon dari Bisnis kepada Ketua Aprindo Roy Nicholas Mandey, Wakil Ketua Aprindo Tutum Rahanta, dan Sekretaris Jenderal Aprindo Solihin belum mendapat respons.

Namun, sebelumnya Aprindo memproyeksi perlambatan permintaan berlanjut pada Natal dan Tahun Baru kali ini. Kenaikan penjualan pada kedua momen tersebut diperkirakan hanya 15%-20% atau lebih rendah dari realisasi tahun-tahun sebelumnya yang selalu di atas 20%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper