Bisnis.com, JAKARTA - Industri logistik berdampak pada penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan melalui polusi udara, kemacetan, dan kebisingan suara.
Oleh karena itu, implementasi green logistics diperlukan agar dampak negatif dari lalu lintas kendaraan akibat industri logistik dapat dikurangi.
Konsultan senior Supply Chain Indonesia Zaroni mengatakan lebih dari 70% aktivitas logistik berasal dari transportasi. Dalam konteks logistik, kontribusi emisi CO2 terbanyak dihasilkan dari aktivitas transportasi.
"Transportasi menyumbang hampir 90%. Perbaikan manajemen transportasi untuk penurunan emisi CO2 perlu dilakukan secara kontinu dan konsisten," ujarnya pada Minggu (3/12/2017).
Penurunan emisi CO2 dari aktivitas transportasi logistik dapat dilakukan dengan mengurangi pemakaian bahan bakar dan optimalisasi penggunaan kendaraan. Ini sejalan dengan prinsip reduce pada strategi 3R (reduce, reuse, dan recycle) dalam mengurangi limbah dan emisi CO2.
Menurutnya, ada beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan transporter, produsen, dan 3PL—penyedia jasa outsourcing layanan logistik kepada perusahaan atau individu untuk melakukan satu atau lebih sebuah fungsi yang berada di dalam supply chain management—untuk mengurangi emisi CO2.
Baca Juga
Pertama, memaksimalkan distribution center dengan sistem hub & spoke. Sasaran dari strategi ini adalah pengurangan jumlah truk sehingga akan mengurangi pemakaian bahan bakar.
Pengurangan pemakaian bahan bakar akan mengurangi emisi CO2. Sering kali, kata Zaroni, perusahaan menggunakan banyak truk secara langsung dari produsen ke distributor dan ke pengecer untuk melayani distribusi barang.
Kedua, dengan melakukan konsolidasi pengiriman. Strategi ini sejalan dengan sistem hub & spoke. Konsolidasi pengiriman dilakukan dengan cara mengkonsolidasi barang yang akan dikirim dalam volume besar, untuk selanjutnya diangkut dengan menggunakan truk yang memiliki kapasitas lebih besar.
"Efisiensi dicapai melalui skala ekonomi. Penurunan pemakaian truk terjadi, sehingga penurunan emisi CO2 pun dapat diwujudkan," ucapnya.
Ketiga, yaitu mengalihkan moda transportasi. Dia menjelaskan, pada jarak lebih dari 500 kilometer, penggunaan moda kereta api lebih efektif dan efisien. Utamanya dari pertimbangan ramah lingkungan, karena emisi CO2 yang dihasilkan kereta api lebih sedikit bila dibandingkan dengan truk dalam satuan emisi CO2 per ton per kilometer.
Demikian juga penggunaan moda kapal laut untuk jarak angkut lebih dari 1.000 kilometer akan lebih efektif, karena pengurangan emisi CO2, mengurangi kemacetan di jalan raya, dan menurunkan biaya transportasi per ton.