Perdana Menteri Denmark Rasmussen mengungkapkan keinginan Denmark untuk membantu Indonesia dalam pemanfaatan sumber energi dari energi baru terbarukan.
"Kerja sama antar Pemerintah saat ini mengindikasikan akan memberikan dampak pada biaya yang efektif di Indonesia untuk memanfaatkan sumber EBT yang besar. Denmark akan senang untuk membantu," ujar Rasmussen, Rabu (29/11).
Sementara itu, Menteri ESDM Ignasius Jonan menyatakan bahwa Indonesia tetap berkomitmen pada target bauran energi dari Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025.
"Indonesia selalu berkomitmen terhadap bauran energi (dari EBT) sebesar 23% pada 2025. Ini bukan pekerjaan yang mudah maupun tujuan yang mudah, sejauh ini kami sudah mencapai kurang dari 50% dari komitmen tersebut dan kami akan tetap berusaha untuk mencapai semaksimal mungkin yang kita bisa," ujarnya.
Menurut Jonan, dalam diskusi antara dua negara ini, seharusnya tidak hanya membahas gambaran umum, namun harus membuat diskusi menjadi nyata.
Jonan pun berpesan bahwa ada empat hal yang harus diperhatikan untuk berinvestasi di Indonesia. Ada beberapa hal dari energi hidro yang harus diperhatikan, pertama adalah size (kapasitas) yang kedua adalah lokasi, ketiga adalah tarif, dan keempat adalah keputusan Anda memilih local partner.
Sebagaimana diketahui, tarif IPP Tenaga Angin di Denmark, yakni di bawah USD 4 sen/kWh untuk onshore dan di bawah USD 6 sen/kWh untuk offshore. Denmark mengoperasikan 40% dari total pembangkit dengan tenaga angin. Energi terbarukan akan terus makin efisien dan mendominasi persaingan dengan energi lainnya.
Usai sambutan dari Jonan dan Rasmussen, dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman "Economic Modelling of Load Dispatch" antara PT Perusahaan Listrik Negara dan Danish Energy Agency Kedutaan Besar Denmark.