Bisnis.com, JAKARTA - Ekspor kertas mengalami kenaikan sebesar 9,76% y-o-y sepanjang Januari-Oktober 2017 dari US$2,84 miliar menjadi US$3,12 miliar.
Ketua Umum Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), Aryan Warga Dalam menuturkan permintaan kertas juga mengalami peningkatan seiring dengan kebutuhan dunia yang tumbuh pesat, terutama kertas karton untuk kemasan.
Selain itu, kapasitas produksi kertas Amerika Serikat dan Jepang yang tidak bertambah membuat permintaan ke Indonesia naik.
"Daya saing industri pulp dan kertas Indonesia itu sudah kuat di dunia, makanya banyak dituduh dumping di berbagai negara," katanya, Jumat (17/11/2017).
Adapun, kertas produksi dalam negeri banyak dikirim ke negara-negara berpenduduk besar, seperti China dan India.
Lebih jauh, Aryan menuturkan permintaan kertas untuk penerbitan saat ini tumbuh stagnan, sedangkan kertas untuk koran menurun. Di sisi lain, kertas kemasan dan tissue mengalami pertumbuhan yang masih baik.
Secara keseluruhan, asosiasi memperkirakan industri pulp dan kertas nasional akan bertumbuh kisaran satu digit sepanjang 2017. "Saya perkirakan sekitar 4%-5% secara total," ujar Aryan.
Sebelumnya, Dewan Pakar APKI Rusli Tan mengatakan permintaan ekspor kertas naik dipengaruhi dengan kenaikan harga pulp, pabrikan kertas dari Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan yang tidak memiliki bahan baku dalam negeri, mengurangi produksi kertasnya.
Pasalnya, apabila pabrik kertas tidak memiliki pabrik pulp terintegrasi, biaya produksi akan semakin tinggi. Apalagi, kenaikan harga kertas tidak setara dengan kenaikan harga pulp dan ongkos produksinya.
Sedangkan pabrik-pabrik kertas di Indonesia umumnya terintegrasi dengan pabrik pulp, sehingga bisa menghemat biaya dari sisi energi sebesar 20%.
Kementerian Perindustrian mencatat pada tahun lalu, jumlah industri pulp dan kertas nasional mencapai 84 perusahaan dengan kapasitas nasional terpasang berturut-turut sebesar 7,93 juta ton pulp/tahun dan 12,98 juta ton kertas/tahun.