Bisnis.com, JAKARTA—PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. menargetkan mulai memperoleh laba pada tahun depan. Direktur Utama Krakatau Steel Mas Wigrantoro Roes Setiyadi menyatakan terus meningkatkan efisiensi biaya produksi.
Menurutnya, perseroan sebenarnya dapat mulai memperoleh laba pada tahun ini. Hanya saja, penyelesaian proyek blast furnace mesti tertunda sampai semester pertama tahun depan
Padahal, penyelesaian proyek tersebut merupakan salah satu tumpuan perseroan dalam merestrukturisasi beban biaya produksi. Sebagai gambaran, fasilitas tersebut diperkirakan mampu menghemat biaya produksi senilai US$56—US$80 per ton baja yang diproduksi.
“Proyek blast furnace mestinya selesai tahun ini, tetapi mundur. Proyek itu dapat memudahkan kami memperoleh profit kalau dapat segera berjalan,” ujarnya di Jakarta, Rabu (15/11/2017) .
Proyek tersebut awalnya ditargetkan mulai beroperasi pada kuartal akhir tahun ini. Pembangunan fasilitas tersebut rencananya mampu memproduksi baja dengan kapasitas sebesar 1,2 juta ton per tahun.
Menurutnya, kinerja keuangan perseroan secara konsolidasi mengalami peningkatan yang sangat signifikan jelang tutup tahun. Sebab perseroan mencatatkan kenaikan pendapatan yang cukup tinggi pada kuartal ketiga tahun ini.
Pendapatan perseroan tercatat naik 5,87% menjadi senilai US$ 1,04 miliar. Meski demikian, perusahaan pelat merah tersebut tetap mencatatkan rugi bersih senilai US$75,05 juta, turun 34,5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai US$114,7 juta.
“Permintaan dari proyek infrastruktur semakin tinggi dan kami tertolong dengan kenaikan harga baja dalam 5 bulan terakhir,” ujarnya.
Perseroan berencana membidik efisiensi dengan merampingkan unit bisnis anak usaha karena masih terdapat dua anak usaha perseroan yang mencatatkan kinerja keuangan negatif pada tahun ini. Keduanya adalah Krakatau Wajatama dan Meratus Jaya Iron & Steel. “Kami mencanangkan efisiensi anak usaha dan anak usaha harus berkontribusi lebih tinggi lagi ke kinerja konsolidasi Krakatau Steel.”