JAKARTA—Pemerintah perlu memperketat standar penggunaan teknologi bagi pabrikan baja untuk mencegah relokasi besar-besaran industri baja China yang menggunakan teknologi usang.
Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia Hidayat Triseputro menyatakan China bakal merelokasi pabrikan baja domestiknya ke berbagai negara sebagai kompensasi pemangkasan kapasitas produksi domestiknya.
“Mesti didorong pabrik baja China yang relokasi pindah ke Indonesia merupakan pabrik baja hi tech. Pada dasarnya boleh saja China merelokasi pabriknya ke sini, asalkan menggunakan teknologi yang maju,” ujarnya.
Menurutnya, bukan tidak mungkin spesifikasi teknologi pabrikan baja China yang berpindah ke Indonesia menggunakan teknologi yang sudah tertinggal. Bukan hanya itu, pabrikan baja yang menggunakan teknologi induction furnace bakal membahayakan keselamatan kerja dan berdampak buruk terhadap lingkungan.
“Minimum pabrik baja China yang ingin relokasi ke sini gunakan electic furnace atau blast furnace. Pemerintah perlu memastikan agar bukan industri baja low tech yang masuk ke Indonesia,” ujarnya.
Permintaan terhadap baja domestik terus menguat seiring dengan keberlanjutan tren penguatan harga baja global. Peningkatan permintaan ini merupakan peluang pasaryang bisa Hidayat menyatakan komoditas baja dalam beberapa bulan terakhir berada dalam rentang harga yang cukup tinggi.
“Kalau lihat awal tahun, harganya rata-rata justru mendekati ongkos produksi. Kondisi seperti sekarang ini yang mestinya terus bertahan agar porsi impor bisa terus berkurang,” ujarnya.
Menurutnya, kenaikan harga baja yang terjadi tak terlepas dari penguatan permintaan domestik China. Produsen baja terbesar di dunia itu mulai mengantisipasi berbagai kebijakan proteksionisme dengan mulai memangkas kelebihan kapasitas baja.
“Pengaruh China itu besar sekali terhadap pergerakan harga baja. Harapan kami tentunya sebagian besar kue di Indonesia bisa kita supply sendiri,” ujarnya.
Asosiasi Baja Dunia (World Steel Association) mencatat volume produksi baja global selama Januari—September tahun ini naik 5,6% dibandingkan dengan tahun lalu menjadi 1,26 miliar ton. Sementara itu, pada periode yang sama tingkat utilisasi produsen baja di dunia naik 2,8%.