Bisnis.com, YOGYAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas menilai wilayah kerja Wilayah Kerja Blok Tuban oleh Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java (JOB PPEJ) akan dipecah jadi dua setelah kontrak berakhir 28 Februari 2018.
Kepala Perwakilan SKK Migas Jawa Timur Bali dan Nusa Tenggara (Jabanusa) Ali Masyhar mengatakan WK akan dikembalikan ke pemerintah dan akan dikelola perusahaan baru. Realisasinya siapa yang mengelola ditetapkan ketika kontrak habis.
“Ada kabar cenderungnya dipecah menjadi dua. Sukowati akan diambil alih oleh Pertamina EP Asset 4, dan Mudi Tuban kemungkinannya PHE [Pertamina Hulu Energi], anak Pertamina juga,” jelasnya di sela-sela Lokakarya SKK Migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama Jabanusa di Yogyakarta, Rabu (8/11/2017).
Ali menegaskan skema tersebut masih bersifat kemungkinan berdasar kedekatan wilayah, namun untuk ketetapan diputuskan setelah masa kontrak berakhir. “Kurang lebih begitu, belum bisa pasti karena belum ditetapkan.”
WK Blok Tuban yang terbagi menjadi Blok Tuban Timur meliputi Wilayah Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Lamongan. Sementara Blok Tuban Barat meliputi Wilayah Kabupaten Tuban dan Kabupaten Bojonegoro.
Kontrak WK Blok Tuban ditandatangani 29 Februari 1988 dengan luasan 7.391 km2. Setelah tiga kali penyisihan kini WK tinggal sekitar 1.478 km2.
Selanjutnya cadangan pertama ditemukan April 1994 dan diberi nama Lapangan Mudi. Penemuan selanjutnya pada 2001 yang dikenal dengan nama lapangan Sukowati.
Sebelum krisis harga minyak dunia, total kontribusi JOB PPEJ sekitar 25.083 BOPD minyak mentah (crude oil) dan 25,73 MMCPD gas (Juli 2014). Produksi tertinggi JOB PPEJ terjadi pada 2012 yang bisa menyentuh 48,000 barel per hari.
Total jumlah sumur yang aktif dikelola JOB PPEJ pada saat ini sebanyak 35 sumur, dengan rincian Lapangan Sukowati 26 sumur dan Lapangan Mudi 9 sumur.
Kini lapangan tersebut lebih banyak mengandung air daripada minyak. Di Mudi saja air yang ikut diproduksi sebanyak 18.000 – 19.000 barel water per day (BWPD), sementara produksi minyak tinggal sekitar 1.100 – 1.200 BOPD.
Adapun di Sukowati yang produksi airnya 19.000 – 20.000 BWPD dan minyak 8.700 – 8.900 BOPD.
SKK Migas Jabanusa mencatat produksi minyak dari wilayah Jawa Timur paling banyak dikontribusi lapangan Banyuurip dengan realisasi 200.000 BOPD sampai 206.000 BOPD. Sedangkan produksi secara nasional 800.000 BOPD sampai 815.000 BOPD.
Dalam rangkaian lokakarya tersebut, Spesialis Madya Keuangan dan Monetisasi, Bidang Keuangan dan Monetisasi SKK Migas A. Rinto Pudyantoro mengatakan peningkatan produksi minyak nasional memerlukan inovasi, utamanya untuk menarik investasi wilayah kerja baru maupun sumur baru.
Namun kenyataannya, kata dia, dari dua WK yang ditawarkan tahun ini belum ada satupun perusahaan yang mengembalikan proposal penawaran ke pemerintah. “Ini bukti perlu ada terobosan fiskal, politik dari semua pihak untuk menjawab defisit minyak nasional,” tegasnya.
Seperti diketahui, konsumsi minyak Indonesia diperkirakan bakal mencapai 1,5 juta barel per hari.
Direktur Pemberitaan Bisnis Indonesia Arief Budisusilo mengatakan defisit minyak nasional sudah diketahui sejak lama. Oleh karenanya, kontraktor perlu menyampaikan informasi ke masyarakat bagaimana sektor ini berperan vital secara nasional.
“Selama ini dampak di balik operasi wilayah kerja belum banyak diungkap. Itu perlu dikomunikasikan lebih baik agar peningkatan produksi migas menjadi prioritas semua pihak,” tegasnya.