Bisnis.com, JAKARTA - PetroChina International Jabung Ltd. (PCJL) mencatat produksi migas dari Blok Jabung terjaga dikisaran 50.000-55.000 thousand barrels of oil equivalent per day (Mboped) pada Oktober 2024.
Operation Drilling Manager PCJL Kiki Ariefianto mengatakan melalui sejumlah pengembangan dan inovasi di Wilayah Kerja (WK) Jabung tersebut pihaknya berharap dapat meningkatkan produksi saat ini.
"Ya mudah-mudahan nanti dari eksplorasi ke depannya kita bisa dapat yang sumur Ketemu 1 dan NEB selanjutnya," kata Kiki dalam agenda kata Niko dalam agenda media Meet Up & Breakfasting di Jakarta, Jumat (7/3/2025).
Sebagaimana diketahui, sejak perpanjangan kontrak blok migas WK Jabung dilanjutkan untuk periode 2023-2043, PetroChina makin berkomitmen meneruskan pengeboran untuk menjaga produksi nasional.
Dia menerangkan, hingga saat ini pihaknya masih fokus pada dua area yaitu NEB di lapangan Northeast Betara, Sumatra Selatan dan Gemah di timur Jabung. Adapun, tahun ini PetroChina akan melakukan 9 pengeboran, meliputi NEB 111, NEB 112, Panen D-11 ST, Gemah-85, NEB 110, Gemah 73, Gemah 81, Gemah 80.
"NEB dan Gemah ini sudah cukup banyak ya kita bolongin, kita bor ke dalam. NEB sudah lebih dari 100, Gemah mungkin menyusul di kesempatan selanjutnya. Mudah-mudahan kita bisa tetap dapat hasil yang bagus, karena sini udah makin menipis," jelasnya.
Baca Juga
Tak hanya itu, PetroChina juga melakukan workover atau pekerjaan ulang di sumur untuk meningkatkan produksi, seperti Ge-25, Ge-17, NEB-99, Panen-3, Panen-2, Ripah-10, Ripah-19, Ripah-6, NG-6, NEB-19ST, dan Gemah-27.
Di samping itu, Kiki menjelaskan bahwa PetroChina tengah memanfaatkan kesempatan perpanjangan kontrak WK Jabung dengan aktif melakukan pengeboran sumur.
"Kalau kita tidak melakukan apapun, kalau kita tidak membor, mungkin pada saat ini kita sudah tidak memproduksi lagi di Jabung. Karena cepatnya laju decline produksi dari minyak dan gas di lapangan kami," terangnya.
Apabila dibiarkan dan tidak dilakukan pengeboran dan perawatan sumur, maka produksi migas Blok Jabung pada Oktober akan turun ke angka 5-10 mboepd.
Di sisi lain, dia mengungkap terdapat tantangan terbesar terkait masifnya dorongan pemerintah untuk mengejar produksi dengan berbagai skema seperti cost recovery dan gross split.
"Dengan masifnya kempanye ini akibatnya, sesuai dengan hukum supply demand, demandnya bertambah suplainya saat ini saya lihat agak keteteran walaupun masih cukup ngimbangin. Dari kami adalah kami menghadapi beberapa kelangkaan barang dan jasa untuk pemboran walaupun saat ini masih bisa kita tangani," terangnya.
Untuk itu, PetroChina membutuhkan perhatian dari pemangku kebijakan untuk memperhatikan kondisi tersebut. Menurut Kiki, pemerintah mestinya tak hanya mendorong peningkatan volume pekerjaan namun mempertimbangkan keseimbangan pasokan dan permintaan pasar.
"Karena akibatnya kalau demand terlalu banyak sementara supply terbatas akibatnya biaya pengeboran akan naik dengan signifikan karena kelangkaan dan bisa juga menyebabkan kesulitan bagi kami operator," pungkasnya.