Bisnis.com, DENPASAR—Otoritas Bandara Wilayah IV Kelas 1 Ngurah Rai menyarankan pengelola Bandara I Gusti Ngurah Rai untuk membangun tempat penampungan sementara atau TPS bagi barang-barang kargo tujuan negara lain yang transit.
Kepala Otban Wilayah IV Herson mengharapkan peluang bagi Ngurah Rai untuk menyediakan fasilitas transhipment cargo sangat besar karena lokasinya berada dekat dengan Australia.
“Sekarang bagiaman menyikapi transit cargo misalnya dari Australia mau ke Arab Saudi bawa daging domba dan sapi. Mereka itu banyak, tetapi tidak bisa langsung dari Australia ke Saudi karena pesawat langsung tidak ada, maka harus transit dan itu artinya Bali bisa lebih banyak lewat sini,” jelasnya, Rabu (8/11/2017).
Dia mengaku mendapatkan informasi bahwa transhipment cargo di Changi Singapura berkurang. Setelah diteliti dan dicari penyebab berkurangnya barang yang dititipkan di bandara tersebut, ternyata ada yang transit di Bali. Artinya, kata Herson, hal itu peluang sangat bagus bagi Ngurah Rai untuk diseriusi.
Berdasarkan data BPS, secara kumulatif perkembangan jumlah bagasi dan barang yang dikapalkan melalui Ngurah Rai, mengalami peningkatan sebesar 33,4% yaitu dari 60,3 juta ton menjadi 80,5 juta ton.
Dia menyarankan agar dibangun gedung penitipan kargo berskala besar serta dilengkapi dengan mesin untuk membekukan. Dengan begitu pesawat yang saat ini akan terbang dan kosong penumpangnya tidak merugi karena bisa mengisi kargo untuk dibawa bersamaan. Tidak seperti sekarang ini, pesawat ketika sudah kosong penumpang, kargonya pun juga kosong.
Baca Juga
“Sekarang ini kosong-ksong. Kenapa peluang ini tidak bisa diambil. Supaya pasar dunia bisa kita ambil,” jelasnya.
GM AP I Ngurah Rai Yanus Suprayogi mengakui kapasitas gudang kargo yang dimiliki terbatas. Ruangan untuk penitipan luasanya hanya sekitar 5.000 meter persegi.
Yanus mengatakan akan melihat perkembangan, jika permintaanya sangat besar maka tidak menutup kemungkinan akan menambah fasilitas penitipan tersebut.