Bisnis.com, JAKARTA - Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia Joseph R Donovan mengkritik pembatasan impor yang dilakukan Indonesia terhadap produk makanan dan pertanian.
Baca Juga
"Menghambat perdagangan yang sehat ini dengan membatasi impor seperti yang Indonesia lakukan saat ini bukanlah hal yang tepat," ujar Joseph R Donovan dalam acara "US-Indonesia Investment Summit" di Jakarta, Kamis (2/11/2017).
Ia memahami Indonesia ingin membantu para produsen di daerah untuk meningkatkan pendapatannya.
Namun, hal ini dapat tercapai dengan sebaik-baiknya melalui penelitian dan pengembangan guna meningkatkan produktivitas dan membenahi infrastruktur daerah agar jalur rantai pasokan dapat dipangkas.
"Kami juga memahami keinginan Indonesia untuk menciptakan ketahanan pangan. Namun, ketahanan pangan tidak selalu berarti swasembada," ujar dia.
Dukungan kepada produksi pertanian setempat dapat dilakukan berdampingan dengan impor guna mencapai persediaan pangan domestik secara stabil dan pasti.
"Saya percaya anda semua setuju kalau kita tidak ingin hubungan dagang pertanian kita yang saling menguntungkan ini terkena dampak negatif kebijakan proteksionis dari hasil pemikiran jangka pendek yang hanya akan mengganggu pasar dan menaikkan harga ke konsumen," kata dia.
Perdagangan bilateral kedua negara di sektor pertanian pada 2016 mencapai nilai Rp10,4 triliun.
Perdagangan di sektor pertanian merupakan sebuah kesepakatan yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. "Kedua negara kita saling mengekspor produk unggulannya. Produk ekspor unggulan Indonesia ke AS berupa produk-produk budi daya perikanan, kepala sawit, cokelat, kopi, dan rempah-rempah," tuturnya.
Sementara produk unggulan pertanian AS ke Indonesia adakah kedelai, kapas, gandum, buah-buahan, daging ternak, dan produk susu.
Produk-produk ini menjadi bahan baku penting bagi sektor-sektor penting di Indonesia seperti tempe, tahu, bahan tekstil, mi instan, dan produk daging.
Demikian juga produk-produk yang Indonesia eskpor ke AS adalah bahan baku penting bagi industri karet, kudapan, minuman dan makanan yang bernilai miliaran dolar AS.
Di samping itu, perdagangan ini turut menyokong sektor padat karya kedua negara dengan menyediakan lapangan pekerjaan dan mendukung keamanan pangan bagi warga negara masing-masing.