Bisnis.com, JAKARTA—PT Sunrise Steel, produsen baja lapis dalam negeri, menaruh harapan pada penjualan di 2 bulan terakhir tahun ini. Penjualan sempat menurun akibat peningkatan harga bahan baku baja dunia.
Direktur Utama Sunrise Steel Henry Setiawan mengatakan selama periode kuartal III tahun ini, permintaan baja lapis tidak sebagus periode yang sama tahun lalu. Hal ini disebabkan kenaikan harga bahan baku yang cukup tinggi setelah China memutuskan mengurangi produksi baja. Pada Oktober 2017, pelemahan permintaan baja lapis masih terasa.
"Kalau tahun lalu permintaan bisa lebih dari 10%, tahun ini belum bisa dipastikan. Kami masih berharap pada 2 bulan terakhir," ujarnya kepada Bisnis.com, Senin (30/10/2017).
Pada tahun-tahun sebelumnya, Henry menuturkan penjualan baja lapis mengalami peningkatan di kuartal akhir karena faktor musim hujan yang mendorong perbaikan bangunan. Adapun, akibat peningkatan harga baja dunia, harga baja lapis mengalami peningkatan sebesar 30%.
Saat ini, Sunrise Steel memiliki satu lini produksi baja lapis seng dan aluminium dengan kapasitas terpasang sebesar 260.000 ton per tahun. Perseroan tengah menambah lini produksi galvalum yang ditargetkan mulai beroperasi tahun depan.
"Dengan beroperasinya lini kedua maka kapasitas terpasang kami akan menjadi 400.000 ton per tahun," katanya.
Henry menyatakan perseroan menambah lini produksi karena konsumsi baja perkapita di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan negara-negara kawasan Asia Tenggara lainnya. Oleh karena itu, konsumsi baja di Tanah Air masih bisa tumbuh di masa depan.
Perseroan juga berusaha memenuhi permintaan baja lapis aluminium seng melalui penambahan lini produksi tersebut seiring dengan keinginan pemerintah yang mendukung kemandirian industri baja dalam negeri.
Sebelumnya, Ketua II Asosiasi Industri Baja Lapis Indonesia (Indonesia Zinc Aluminium Steel Industry/IZASI) Handaja Susanto menuturkan beban produksi baja lapis meningkat dengan kenaikan harga bahan baku. Selain itu, kenaikan harga ini juga menekan profit produsen baja lapis.
“Setelah lebaran, harga banyak naik sampai 20% karena kenaikan harga bahan baku," ujarnya.
Dia pun berharap pemerintah dapat menjaga kestabilan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat di kisaran Rp13.300—Rp13.400 agar—beban produksi baja lapis tidak semakin meningkat karena bahan pelapis, berupa zink dan aluminium, masih diimpor 100%