Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah mematok kontribusi sektor manufaktur terhadap pertumbuhan domestik bruto sebesar 22%—23% dalam 2 tahun ke depan.
Angka ini naik dari sumbangan industri pengolahan nonmigas terhadap PDB nasional selama 1 dekade terakhir selalu berada di rentang 18% hingga 20%.
“Terkait pengembangan ke depan tentu kita memproyeksikan dalam 2—3 tahun ke depan kontribusi industri terhadap PDB bisa menjadi 22%—23%,” ujarnya di Jakarta, Senin (23/10).
Airlangga memprioritaskan kenaikan investasi pada sektor manufaktur pada sisa periode pemerintahan 2 tahun ke depan untuk mendorong geliat industri pengolahan nonmigas. “Kuncinya adalah bagaimana meningkatkan investasi. Investasi yang sudah commit kami dorong untuk terealisasi,” ujarnya.
Menurutnya, pemerintah tengah mendiskusikan perluasan fasilitas insentif perpajakan berupa tax allowance dan tax holiday untuk meningkatkan investasikarena pemanfaatan kedua insentif itu baru terbatas tertuju kepada sektor padat modal.
“Sekarang hanya investasi besar di atas US$100 juta saja yang mendapat tax allowance dan tax holiday. Dan pemerintah sedang mendorong industri labor intensive dan export oriented memperoleh insentif tersebut,” ujarnya.
Airlangga mengatakan dalam dua tahun terakhir terdapat sisa komitmen investasi pada sektor manufaktur senilai US$1,7 miliar yang belum terealisasi. “Investasi yang hampir senilai US$1,7 miliar ini yang akan terus kita kejar.”
Sejumlah komitmen tersebut di antaranya meliputi sejumlah proyek pengembangan industri petrokimia dalam kompleks kilang di Cilegon oleh Lotte Chemical dan Chandra Asri Petrochemical.
Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani menyatakan pemerintah perlu segera menentukan sektor industri prioritas dan menjaga iklim investasi.
“Pemerintah kan mendorong lebih banyak investasi, tapi perlu mendorong juga agar bagaimana investor asing bermitra dengan pengusaha lokal,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (23/10/2017).
Menurutnya, pemerintah belum mengoptimalkan perlindungan pasar domestik dari produk impor. Di samping itu, ketahanan industri domestik juga perlu diperkuat dengan memperkuat rantai pasok industri domestik.