Bisnis.com, JAKARTA—Pabrikan keramik memperkirakan peningkatan permintaan sektor properti yang umumnya terjadi menjelang akhir tahun tidak cukup mampu mengangkat performa bisnis.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia Elisa Sinaga mengatakan masih terdapat dua sentimen negatif yang membayangi pabrikan, yaitu situasi kelebihan pasokan di China membuat pabrikan di sana mengincar pasar Indonesia dan harga gas yang tidak kompetitif bagi industri lokal.
“Sampai saat ini saya rasa pasar belum bisa dibilang menggembirakan. Kemungkinan tahun ini masih stagnan, target yang kami pasang itu adalah bagaimana supaya jangan sampai mulai minus dulu,” ujarnya.
Volume ekspor keramik pada tiga kuartal pertama tahun ini mencapai volume 269.219 ton, atau terkoresi 1,27% dibanding Januari—September tahun lalu sebanyak 272.678 ribu ton. Meski volume ekspor terkoreksi, nilai ekspor keramik sedikit terdongkrak menjadi US$255,56 juta, atau naik 2,83% dibanding periode yang sama tahun lalu senilai US$248,52 juta.
Industri keramik menjadi salah satu sektor yang menopang kinerja ekspor barang industri galian nonlogam selain industri kaca dan semen.
Sebelumnya, Dirjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono menyatakan permintaan terhadap barang galian nonlogam selalu berjalan paralel dengan laju pertumbuhan sektor properti dan konstruksi.
Menurutnya, laju pertumbuhan industri barang galian non logam di dalam negeri terangkat oleh komitmen pemerintah yang ingin mengakselerasi pengadaan berbagai infrastruktur.
“Di dalam negeri konsumsi barang galian non logamnya sudah pasti kuat karena permintaan dari konstruksi dan properti selalu menguat. Tinggal bagaimana mengoptimalkan ekspor, terutama menguatkan pasar di Asean,” ujarnya.