Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik mencatat ekspor barang manufaktur pada September lalu senilai US$10,6 miliar, atau menurun 8,44% dibandingkan dengan Agustus senilai US$11,56 miliar.
Direktur Statistik Distribusi BPS Anggoro Dwitjahjono memperkirakan nilai ekspor hasil industri bakal kembali menguat pada kuartal akhir tahun ini. “Mungkin pattern ekspornya baru akan mencapai titik tertinggi pada bulan Desember,” ujarnya di Jakarta, Senin (16/10).
Barang hasil industri manufaktur masih mendominasi kinerja ekspor Indonesia. Nilai ekspor manufakur pada September lalu mencapai 72,9% dari keseluruhan total ekspor pada periode yang sama senilai US$14,54 miliar. Sebanyak US$3,94 miliar di antaranya merupakan nilai ekspor gabungan produk migas, pertanian, dan pertambangan.
“Nilai ekspor migas dan pertambangan naik karena kenaikan harga migas dan komoditas. Sementara ekspor industri pengolahan dan hasil pertanian tumbuh negatif,” ujarnya.
Nilai ekspor produk manufaktur year-to-date Januari—September 2017 mencapai US$92,2 miliar. Nilai ekspor itu naik 14,51% apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada 2016 senilai US$80,5 miliar.
Pangsa ekspor terbesar manufaktur Indonesia masih terfokus pada negara-negara di kawasan ASEAN. Nilai pasar ekspor Indonesia ke ASEAN pada Januari—September 2017 mencapai US$24,17 miliar. China menjadi pasar kedua terbesar bagi RI dengan nilai ekspor senilai US$14,57 miliar.