Bisnis.com, KARAWANG— PT Pupuk Indonesia (Persero) tengah melakukan berbagai upaya efisiensi agar harga pupuk semakin kompetitif karena perseroan masih memperoleh harga gas senilai US$6 per MMBtu dalam kegiatan produksi. Padahal, produsen pupuk di kawasan Asean rerata memperolah tarif gas senilai US$3 per MMBtu.
“Sekarang memang kami memperoleh US$6, tapi bagi kami itu masih cukup tinggi. Pesaing-pesaing produsen pupuk di Asean memperoleh harga US$3 per MMBtu,” ujar Direktur Utama Pupuk Indonesia Aas Asikin Idat.
Menurut Aas, perseroan bakal menyiasati tingginya harga gas dengan mencoba langkah alternatif. Salah satunya dengan mencoba peluang menggarap peluang membangun pabrik berbasis gasifikasi batu bara.
“Segala cara kami lakukan untuk efisiensi. Dengan tingginya harga gas, kami coba mencari banyak alternatif. Salah satunya dengan gasifikasi batu bara, kalau harganya cocok kenapa tidak dicoba,” ujarnya.
Aas meyakini gasifikasi batu bara dapat menjadi opsi yang menarik untuk efisiensi tatkala harga gas tak dapat diturunkan lebih jauh. “Pupuk itu bahan bakunya gas, gas itu bisa juga kami peroleh dengan gasifikasi batu bara. Itu kami kaji, nanti jatuhnya bisa lebih hemat, tetapi memang tergantung harga batu bara.”
Perseroan mencari sumber pasokan batu bara yang berkelanjutan dengan nilai US$20 per ton.
“Dengan batu bara seharga itu nanti terkonversi menjadi gas yang nilainya setara US$ 3 per MMBtu. Peluang gasifikasi batu bara yang potensial di Kalimantan,Sulawesi Selatan, dan Sumatra Selatan,” ujarnya.