Bisnis.com,JAKARTA—Penyelenggaraan Konferensi Infrastruktur Internasional FIDIC pada 1 hingga 3 Oktober 2017 dapat menjadi sarana yang baik untuk mempromosikan proyek infrastruktur di Indonesia.
Ketua Asosiasi Konsultan Indonesia (INKINDO), Nugroho Pudji Rahardio menyatakan bahwa konsultanlah yang memberikan rekomendasi mengenai kelayakan suatu proyek kepada investor. Oleh karena itu, penyelenggaraan konferensi yang mengangkat tema Ketahanan Infrastruktur ini juga dapat menjadi ajang berbagi informasi mengenai proyek infrastruktur di seluruh dunia.
"Konsultanlah yang memberikan masukan kepada investor mau ditaruh di mana duitnya," ujarnya di sela-sela pembukaan FIDIC International Infrastructure Conference di JCC, Senin (02/10).
Lebih lanjut dia menyatakan bahwa "resilient infrastructure" atau ketahanan infrastruktur dipilih sebagai tema konperensi mengingat saat ini kita sering melihat dampak yang sangat besar akibat terjadinya bencana alam, khususnya di Indonesia yang terletak di "lingkaran api" dan dampak dari akibat perubahan cuaca terhadap infrastruktur.
Dia menambahkan, FIDIC International Infrastructure Conference 2107 yang dibuka oleh Menteri Pekerjaan Umum, Basuki Hadimulyono dan Menteri PPN/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro ini, akan diikuti sekitar 600 peserta - yang terdiri dari para pengambil keputusan, profesional, ahli, dan akademisi dari lebih dari 70 negara - dan akan mendiskusikan dan membahas berbagai aspek dan perkembangan mutakhir terkait ketahanan infrastruktur.
Beberapa topik yang akan dibahas diantaranya adalah pengalaman penanganan infrastruktur akibat gempa di Jepang, peningkatan batas ketinggian laut dan dampak terhadap terjadinya banjir di Amerika dan Indonesia, strategi perencanaan urban dalam kaitannya dengan ketahanan infrastruktur, aspek disain untuk menghindarkan dampak kehancuran yang serius, serta pembahasan topik "resilience & sustainability" yang berfungsi saling mendukung.
Baca Juga
Di samping tema yang sangat relevan dengan kegiatan pembangunan di Indonesia pada umumnya saat ini, kehadiran lebih dari 600 peserta dari lebih dari 70 negara yang terdiri dari para pengambil keputusan, pimpinan perusahaan, profesional bersama pasangannya, secara tidak langsung juga akan dapat memberikan "multiplier effect" terhadap kegiatan kepariwisataan Indonesia.