Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Makanan Minuman Masih Stagnan

Penjualan produk industri makanan dan minuman pada kuartal ketiga tahun ini terbilang stagnan bila dibanding periode yang sama tahun lalu.
Pekerja menyusun aneka jenis minuman kaleng di salah satu grosir penjual makanan dan minuman kemasan di Pekanbaru, Riau, Senin (12/6)./Antara-Rony Muharrman
Pekerja menyusun aneka jenis minuman kaleng di salah satu grosir penjual makanan dan minuman kemasan di Pekanbaru, Riau, Senin (12/6)./Antara-Rony Muharrman

Bisnis.com, JAKARTA—Penjualan produk industri makanan dan minuman pada kuartal ketiga tahun ini terbilang stagnan bila dibanding periode yang sama tahun lalu.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Indonesia Adhi S. Lukman menyatakan permintaan belum menguat selepas Lebaran tahun ini.

“Kenaikan permintaan sampai sekarang belum kelihatan. Penjualan masih seperti biasa saja, saya sendiri juga enggak ngerti kenapa masih sepi,” ujarnya kepada Bisnis (2/10/2017).

Menurutnya, pabrikan makanan minuman berekspektasi permintaan melonjak pada akhir tahun. “Peak season kan biasanya tiap tahun pada Desember. Kami tentu sangat berharap pemerintah mengeluarkan kebijakan jangka pendek yang mampu meningkatkan konsumsi,” ujarnya.

Adhi menambahkan produsen makanan minuman juga tengah terkendala dengan regulasi yang menghambat akses terhadap bahan baku. “Belakangan muncul regulasi-regulasi baru yang membuat kami semakin sulit memperoleh bahan baku,” ujarnya.

Salah satunya adalah aturan yang mewajibkan pabrikan memperoleh rekomendasi Menteri Pertanian sebelum mengimpor produk susu dan hortikultura.

“Sejak ada aturan itu, ada sedikit masalah. Industri hanya boleh mengajukan satu rekomendasi dalam rentang 6 bulan, padahal kebutuhan bahan baku kan dinamis mengikuti permintaan. Itu salah satu yang sedang kami bahas supaya segera ketemu solusinya,” ujarnya.

Sebelumnya, Indeks Manufaktur Indonesia yang tergambar dalam Nikkei Indonesia Manufacturing Purchasing Manager Index mulai memperlihatkan gejala perlambatan. Indeks menunjukkan level 50,4 pada September lalu dari sebelumnya level 50,7 pada Agustus.

Indeks di atas 50 menunjukkan sektor manufaktur bergerak ekspansif, sementara angka di bawah itu menunjukkan manufaktur mengalami kontraksi. Sejumlah sektor manufaktur mencatatkan kenaikan permintaan. meski produksi menurun akibat kelangkaan bahan baku.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper