Bisnis.com, JAKARTA - Perdagangan digital yang semakin berkembang beberapa tahun terakhir turut mendongkrak bisnis perusahaan jasa kurir.
Namun, hingga kini belum ada jasa kurir domestik yang berani menawarkan sahamnya di bursa efek.
Pengamat logistik Zaroni menduga para pengusaha atau perusahaan logistik, kurir, dan pos belum berani karena belum memahami tata cara atau prosedur IPO untuk mendapatkan tambahan modal ekuitas dari publik.
"Bayangan mereka masuk bursa itu hanya perusahaan-perusahaan skala besar dengan cakupan bisnis nasional atau bahkan global, " katanya kepada Bisnis, Jumat (29/9/2017).
Selain itu, keharusan untuk mematuhi peraturan bursa bagi perusahaan yang melantai di bursa menjadi kekhawatiran mereka, seperti pelaporan keuangan, laporan tahunan, dan kepatuhan dalam penerapan good corporate governance (GCG).
Padahal, katanya, ada banyak kelebihan jika melantai di bursa. Pertama, perusahaan akan mendapatkan dana dalam jumlah besar dengan biaya modal (cost of capital) relatif murah bila dibandingkan dengan sumber pendanaan dari utang (debt).
Baca Juga
Kedua, tidak ada kewajiban bagi perusahaan untuk mengembalikan dana dari ekuitas tersebut, karena investor ekuitas menjadi pemegang saham, sebagai pemilik sah perusahaan.
Nah, dengan berbagai kelebihan tersebut plus booming e-commerce di Indonesia, kira-kira siapakah perusahaan kurir yang pertama melantai?