Bisnis.com, JAKARTA- Biaya logistik Indonesia tergolong tinggi dibandingkan negara-negara Asia Tenggara. Perbandingan biaya logistik terhadap gross domestic product (GDP) sekitar 23%.
Direktur Utama PT Bhanda Ghara Reksa Ruli Adi mengatakan, salah satu penyebabnya adalah tidak efektif dan efisiennya badan usaha milik negara dalam mengelola logistiknya.
"Ada banyak sekali BUMN yang bergerak di sektor logistik walaupun core bisnisnya bukan disitu. Akibatnya, sesama BUMN saling berebut dan berdampak pada tingginya biaya logistik," katanya di Jakarta, Kamis (21/9/2017).
Padahal menurutnya, semakin fokus sebuah perusahaan pada bisnis utamanya maka akan semakin mudah berkembang. Untuk urusan logistik lebih baik diserahkan ke pihak ketiga.
"Kami berebut sesama saudara makanya biaya logistik susah turun," imbuhnya.
Oleh karena itu, BGR menginisiasi penyatuan data aset milik unit usaha BUMN yang bergerak di sektor logistik. BGR mengembangkan sistem big data yang menghimpun semua fasilitas logistik sesama BUMN. Data tersebut akan disatukan dalam satu platform.
Dia mencatat setidaknya ada 49 BUMN yang punya unit usaha atau anak perusahaan yang bergerak di sektor logistik. Untuk tahap awal sudah ada 29 perusahaan yang bergabung dalam pengembangan platform tersebut.
Program pengembangannya sendiri dikerjakan bersama PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, PT Sarinah, PT Pos Indonesia dan PT Pos Logistik.
BGR sendiri merupakan perusahaan pelat merah yang bergerak di sektor logistik dengan bisnis utama penyewaan gudang dan distribusi barang.