Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan teknologi asal Singapura Global eTrade Services (GeTS) menawarkan efisiensi biaya dalam pengurusan jasa adminisitrasi kepabeanan (custom clearence).
Chong Kok Keong, Chief Executive Officer GeTS mengatakan, proses kepabeanan merupakan salah satu tahapan yang menguras biaya dalam bisnis logistik.
Namun, dengan menggunakan teknologi informasi biaya tersebut dapat dipangkas hingga 80%. "Rata-rata biaya custom clearence di dunia antara US$25 sampai US$35. Dengan menggunakan teknologi kami bisa dipangkas menjadi US$1," katanya kepada Bisnis, Rabu (20/9/2017).
Teknologi GeTS sudah banyak diaplikasikan di berbagai negara. Tercatat sektar 50 perusahaan dari 20 negara sudah menggunakan jasa mereka.
Khusus di regional Asia Tenggara, GeTS bekerjasama dengan Asean Federation Forwarders Associations (AFFA) mengembangkan platform bernama Hive.
Hive terdapat tiga fasilitas yang bisa mendorong percepatan sistem logistik. Pertama, Partner Discovery Service (PDS), yaitu sebuah aplikasi berbasis media sosial untuk mencari pengguna baru dan partner bisnis potensial.
Sistem ini sekaligus memungkinkan para penggunanya untuk menginisiasi, atau menciptakan koneksi dan kolaborasi dengan perusahaan lain baik di dalam maupun luar negeri.
Kedua, Trade Compliance Service (TCS), sebuah sistem terintegrasi untuk memudahkan kelengkapan administrasi perdagangan dengan pemerintah terkait.
Sistem ini membantu untuk mengurangi kompleksitas dalam proses pengiriman dan penerimaan barang, memangkas biaya, hingga memperbaiki kesalahan data saat proses input.
Ketiga adalah Members Management System (MMS). Fungsinya membantu anggota asosiasi dalam manajerial portal dan anggotanya, seperti pengiriman dokumen penting dan surat edaran secara otomatis.
Sebelumnya, Ketua AFFA Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan, Hive memanfaatkan basis data dan validasi untuk otoritas bea cukai di seluruh dunia milik GeTS.
Platform ini membuat anggota asosiasi logistik di Asean semakin harmonis dan memungkinkan pengiriman di Asean semakin mudah dan terintegrasi,"katanya.
Sebelumnya, AFFA telah mengadakan pertemuan di Bangkok pada 30 Juni lalu untuk menandatangani nota kesepakatan dalam rangka mendorong akselerasi percepatan perjanjian perdagangan lintas batas di kawasan Asean.
Kegiatan ini dihadiri oleh oleh 4 kelompok asosiasi logistik di Asean dari total 10 asosiasi yakni ILFA (Indonesia), FMFF (Malaysia), SLA (Singapura) dan TIFFA (Thailand) dengan jumlah anggota lebih dari 6000 orang.
Total keseluruhan asosiasi logistik yang bergabung dalam AFFA berjumlah 10 asosiasi dengan jumlah perusahaan sebanyak 10.254.000. Tahun depan AFFA menargetkan agar seluruh asosiasi tersebut dapat ikut serta dalam kerjasama lintas negara di Asean.