Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyaluran Gas PLGU Tambak Lorok : Pemerintah Masih Tunggu Hasil Kajian Lemigas

Pemerintah masih menunggu hasil kajian terkait lapisan bawah permukaan Lapangan Kepodang, Blok Muriah dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi, Lemigas, untuk menentukan kelanjutan penyaluran gas ke Pembangkit Listrik Gas Uap Tambak Lorok.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah masih menunggu hasil kajian terkait lapisan bawah permukaan Lapangan Kepodang, Blok Muriah dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi, Lemigas, untuk menentukan kelanjutan penyaluran gas ke Pembangkit Listrik Gas Uap Tambak Lorok.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan hingga saat ini Lapangan Kepodang, Blok Muriah masih menyalurkan gas ke PLTGU Tambak Lorok.

Namun, volume gas yang dialirkan tidak sesuai kontrak jual beli gas yang diteken antara Petronas sebagai operator blok tersebut dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).

Menurutnya, Lemigas melakukan kajian selama satu hingga 1,5 bulan sejak operator menyatakan kondisi kahar.

Dia memperkirakan di bulan ini kajian tentang keadaan bawah permukaan Lapangan Kepodang bisa selesai.

Dengan demikian, Arcandra belum bisa memperkirakan beberapa tindakan yang mungkin dilakukan seperti amandemen kontrak kerja sama maupun melakukan tindakan lain khususnya terkait perjanjian jual beli gas.

Adapun, dalam perjanjian jual beli gas (PJBG), Lapangan Kepodang akan menyuplai gas sebesar 116 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/MMscfd) selama 12 tahun.

Produksi perdana gas Lapangan Kepodang dimulai pada September 2015. Pada blok tersebut, Petronas Carigali Muriah Limited menguasai saham partisipasi sebesar 80% dan Saka Energi Muriah Limited sebesar 20%.

"Kita lihat dulu hasil dari subsurface-nya, punya data yang lengkap, baru kita lihat action selanjutnya apa," ujar Arcandra di Jakarta, Kamis (24/8/2017).

Menurutnya, produksi yang menurun drastis ini bisa saja terjadi karena performa lapisan bawah permukaan yang tak sesuai harapan.

Dia menilai bila belum berproduksi, data yang didapatkan dari kegiatan eksplorasi seperti survei seismik bisa saja belum mencerminkan keadaan aktualnya.

"Seberapa canggih pun kita di analisa eksplorasi, seismik, 3D seismik, appraisal well, macam macam di-drilling tapi kalau belum berproduksi, datanya mungkin belum akurat benar," kata Arcandra.

Deputi Operasi SKK Migas, Fataryani Abdurahman mengatakan sebagai akibat kondisi kahar, dari komitmen 116 MMscfd, saat ini gas yang disalurkan sebesar 70 MMscfd.

Kondisi kahar atau force majeur merupakan kondisi yang terjadi di luar kendali kontraktor yang mempengaruhi operasi di lapangan.

Dengan kondisi kahar yang telah disampaikan Petronas Carigali Muriah Limited sebagai operator, pasokan akan disalurkan hingga 2018.

Gas Kepodang dijual seharga US$4,61 per MMBtu dengan eskalasi 8,6% per tahun akan dialirkan ke Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Tambaklorok sebesar 1.000 mega watt (MW).

Gas yang menghasilkan listrik 600 MW itu disalurkan melalui ruas pipa gas Kepodang-Tambaklorok.

"Masih memasok sampai dengan akhir 2018. Hanya saat ini jumlah supply-nya sekitar 70 MMscfd jauh di bawah kontrak yang seharusnya 116 MMscfd," kata Fataryani.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper